Menjadi tutor siswa Sekolah Dasar hingga melatih musik untuk kelas pemula pernah ia lakoni. Victor S. Ringoringo, mahasiswa teladan UGM tahun 1978 yang kini menjadi salah satu profesional dan praktisi di bidang industri kefarmasian Indonesia dengan rendah hati turut membagikan kisah suksesnya.
Farmasi UGM – Merintis karir sebagai Apoteker muda di PT. Kalbe Farma setelah menyelesaikan Program Profesi Apoteker UGM pada tahun 1980, diakui Victor S. Ringoringo sebagai salah satu titik awal dalam perjalanan hidupnya. Karena di kemudian hari, ia berkesempatan untuk mengembangkan karir dalam bidang New Product Planning and Control, Marketing Planning, Marketing Research, Scientific Affairs, Regulatory Affairs, Agro Biotechnology / Plant Tissue Culture, Human Biotechnology, Business Development, Product Management dan Marketing Management. Selain di bidang industri farmasi, Victor juga pernah berkarir dalam bidang pemasaran produk nutrisi dan farmasi di PT. Tempo Scan Pacific, serta pemasaran produk nutrisi bayi dan enteral nutrition di PT. Royal Nutricia dan PT. Sari Husada (SGM). Pada periode 2006 – 2007, dia mengembangkan karirnya dalam bidang penelitian dan produksi obat tradisional sebagai President Director / CEO PT. Air Mancur di Solo.
“Dimanapun kita meniti karir profesional kita, janganlah lupa kepada almamater kita tercinta yaitu Fakultas Farmasi UGM”, kata Victor. Dia mengingatkan kepada mahasiswa saat ini untuk dapat membangun kerja sama antara institusi tempat bekerja kelak dengan Fakultas Farmasi UGM atas prinsip ‘mutual benefit”. Sebagai contoh pada periode 1995 – 1998 telah dijalin kerja sama FIPOGAMA, antara PT. Tempo Scan Pacific dan Fakultas Farmasi UGM dalam bidang pengembangan produk Fitofarmaka. Tidak hanya itu, dalam bidang akademik pun, Victor terus berusaha untuk meningkatkan kompetensinya, terbukti dengan keputusannya untuk melanjutkan pendidikan di Program Studi Marketing Management, Fakultas Ekonomi UI. “Selain itu saya juga mendapatkan gelar Magister Sains dalam bidang Farmakologi Kedokteran, dari Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia”, ungkap Victor. Ini cukup menarik, mengingat tidak banyak orang yang memutuskan untuk menempuh pendidikan di jenjang yang sama pada bidang studi yang berbeda.
Semangat belajar dan terus mengembangkan diri memang sudah nampak sejak Victor masih menjadi mahasiswa. Terbukti dengan segudang prestasi yang pernah ia peroleh. Selain pernah menjadi Sekretaris Umum (1976 – 1977) dan Ketua Komisaris Dewan Mahasiswa (Kodema) Farmasi UGM periode 1978-1979, Victor juga menjabat sebagai Ketua Ismafarsi di waktu yang sama. Di tingkat universitas, dia juga cukup aktif sebagai anggota Paduan Suara UGM dan Pers Mahasiswa, Institut Karatedo Indonesia (INKAI) UGM, serta beberapa kali mewakili Farmasi dalam lomba lari mahasiswa tingkat universitas. Tulisan-tulisan ilmiah populernya dalam bidang obat dan kesehatan banyak di publikasikan di harian lokal Kedaulatan Rakyat di Yogyakarta.
Ditanya mengenai prioritas saat itu, Victor menjawab, “Prinsip saya harus ada keseimbangan antara aktivitas rutin belajar dan kegiatan mahasiswa”. “Namun belajar, prestasi dan nilai ujian yang tinggi adalah yang utama”, sambungnya. Inilah yang harus menjadi catatan bagi mahasiswa saat ini. Disela-sela kesibukan mengikuti berbagai kegiatan, sebagai mahasiswa juga harus ingat akan tugas utamanya sebagai pelajar. Tak ayal kemudian Victor muda saat itu berhasil memperoleh Beasiswa Supersemar hingga akhir masa kuliahnya dan mampu menyelesaikan Program S1 Farmasi dengan predikat Cumlaude setelah mendapatkan Indeks Prestasi 4,00.
Untuk mencapai posisi saat ini diakui Victor bukanlah hal yang instan. Semua membutuhkan pengorbanan. Victor menambahkan, ada beberapa soft skill mahasiswa yang perlu ditingkatkan untuk menyiasati dunia kerja kelak. Diantaranya, kemampuan komunikasi baik lisan maupun tulisan. Ada beberapa tips yang disampaikan Victor akan hal tersebut, yaitu kelugasan dan ketegasan dalam penyampaian pendapat, tentunya juga harus menggunakan bahasa yang baik. Jika dilatih dengan baik, kemampuan tersebut akan dapat membantu mahasiswa Yogyakarta yang terkenal “sungkan”nya. Walaupun hal ini nampak sederhana, namun akan memberikan dampak yang sangat besar. Hal positif lainnya, setelah kemampuan komunikasi meningkat, mahasiswa akan dengan mudah untuk membangun jejaring. Dalam lingkup kecil saja misalnya, mahasiswa dapat membangun koneksi dengan teman sejawat dan para dosen sehingga mempermudah dalam mendapatkan informasi terkini.
Kemampuan berkomunikasi sendiri dapat dilatih melalui keikutsertaan di berbagai organisasi dan kegiatan mahasiswa lainnya. “Bahkan, melalui interaksi sosial sehari-hari di kampung pun dapat mengajarkan kita untuk mengelola tata bahasa, ekspresi, dan hal-hal lain yang dibutuhkan dalam berkomunikasi yang baik”, kata Victor. Tidak lupa, ‘mumpung’ masih mahasiswa, perlu juga meningkatkan kemampuan berbahasa asing, paling tidak bahasa inggris.
Laki-laki yang pernah mewakili Indonesia dalam seleksi astonot tahun 1985 tersebut mengingatkan, agar mahasiswa dapat menangkap moment, terlebih di era media sosial saat ini, mahasiswa harus mampu memanfaatkan untuk hal-hal yang bermanfaat. “Tentunya sebagai masyarakat yang berpendidikan, juga harus mengedepankan rasa toleransi sesama mahasiswa lintas gender, suku, agama dan orientasi politik”, tutup Direktur Penelitian dan Pengembangan PT. Graha Farma tersebut.
(Humas FA/ Yeny P)
Saluut n sukses buat victor sbg alumni angkt 75. Walau sdh lansia tetap konsisten menambah ilmu yg terkait dgn kefarmasian n ekonomi. Slmt n sukses selalu. Rekan2mu angkt 75.👍👍👏👏
Mantaap kawanku semoga terus lanjutkan daya n energimu utk melakukan penelitian dlm bidang kefarmasian n lainnya. Horaaaas.