Dekan Fakultas Farmasi UGM, Prof. Agung Endro Nugroho, M.Si., Ph.D., Apt., mewisuda sekaligus melantik 152 apoteker baru. Wisuda dan Pengambilan Sumpah Apoteker Periode II tahun akademik 2018/ 2019 berlangsung di Grha Sabha Pramana, Kamis (3/10).
Sebanyak 152 lulusan apoteker baru terdiri dari 15 pria atau 9 persen, dan 137 wanita atau 91 persen. Dengan kelulusan apoteker baru kali ini maka Fakultas Farmasi UGM telah berhasil meluluskan 7.366 sarjana apoteker yang terdiri dari 2.154 laki-laki atau 29 persen dan 5.212 wanita atau 71 persen.
Prof. Agung menuturkan di tahun 2019 Fakultas Farmasi UGM kembali menghadapi ujian kompetensi apoteker yang bersifat exit exam. Artinya, mahasiswa untuk bisa mengikuti yudisium harus sudah lulus Ujian Kompetensi Apoteker Indonesia (UKAI).
“Terkait hal tersebut Fakultas Farmasi UGM telah menyusun beberapa strategi yang sistematis untuk melakukan beberapa hal dalam menghadapi ujian kompetensi apoteker tersebut. Misalnya workshop pembuatan soal UKAI secara rutin, mengadakan workshop pembuatan soal UKAI, workshop metode pembelajaran program profesi, serangkaian try out ujian kompetensi minimal 7 kali dan lain-lain. Alhamdullilah kita selalu lulus 100 persen,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan, Propinsi DIY, drg. Pambayun Setianing Astuti, M.Kes., menyatakan apoteker adalah bagian dari sumber daya kesehatan di bawah arahan kebijakan dari kementerian kesehatan. Sementara permasalahan kesehatan di Indonesia berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2018 menunjukkan ada 5 program prioritas kesehatan yang harus diselesaikan secara bersama.
Kelima program prioritas tersebut adalah pengendalian penyakit tidak menular, eliminasi kasus-kasus penyakit tuberculosa, penurunan angka kematian ibu dan angka kematian neo natal. Selain itu, soal cakupan dan mutu imunisasi dasar serta imunisasi lengkap dan program nasional penurunan stunting.
“Oleh karena itu, kita berharap peran aktif adik-adik selaku apoteker masih sangat diperlukan dalam rangka pembangunan kesehatan melalui peningkatan mutu pelayanan obat untuk imunisasi atau kasus-kasus penyakit tadi,” tuturnya.
Di sisi lain, Ketua Komite Farmasi Nasional, Drs. Purwadi, M.M., Apt., menyatakan dengan dilantiknya 152 apoteker baru UGM maka di KFN saat ini tercatat ada 80.326 apoteker. Sayangnya, dari jumlah tersebut baru 10 persen yang bekerja di Puskesmas.
“Padahal, pemerintah telah mencanangkan setiap Puskesmas ada apotekernya karena bagaimanapun masyarakat di banyak daerah perlu informasi soal obat, pengajaran soal obat, bukan hanya saudara kakak adik ponakan bapak ibu eyang yang di Yogyakarta, Jawa Tengah atau Pulau Jawa, tapi mereka yang di sudut-sudut desa memerlukan informasi soal obat,” terangnya. (Humas UGM/ Agung)