Farmasi UGM – Delegasi Fakultas Farmasi UGM kembali berhasil memperoleh gelar juara pada kompetisi Debat Nasional Kefarmasian dalam acara Pharmacopeia 2019 yang diadakan pada tanggal 16-17 November 2019. Pharmacopeia merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran Jatinangor. Pada tahun 2019 ini, tema yang diangkat yaitu “Farmasi ke Arah Revolusi Industri 4.0” yang terdiri dari lomba-lomba seputar dunia kefarmasian seperti Lomba Cerdas Cermat Farmasi (LCCF), Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI), Lomba Compounding and Dispensing, Lomba Debat Kefarmasian, dan Poster. Selain itu dalam Pharmacopeia 2019 ini juga terdapat event lain yaitu Seminar Nasional.
Lomba Debat Nasional Kefarmasian Pharmacopeia menggunakan sistem Asian Modified Parliamentary dan diikuti oleh 8 tim, terdiri atas mahasiswa S1 Farmasi dari berbagai universitas dan sekolah tinggi. Beberapa universitas dan sekolah tinggi tersebut antara lain Universitas Gadjah Mada, Universitas Padjajaran, Universitas Hassanudin, Universitas Muhammadiyah Pekajeng Pekalongan, Universitas Islam Bandung, dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kuningan yang sebelumnya telah lolos tahap seleksi esai.
Sesuai tema yang diusung, mosi-mosi yang diperdebatkan banyak membahas tentang dunia kefarmasian di era revolusi industri 4.0, seperti isu-isu terkait e-pharmacy, perdagangan obat secara digital/online, telemedicine, dan artificial intellegence dalam produksi obat. Hal ini diakui menjadi tantangan tersendiri karena membutuhkan kajian dari berbagai aspek, baik ekonomi, sosial, hukum/regulasi, kualitas sumber daya manusia maupun teknolgi.
Terdapat 2 tim delegasi dari Fakultas Farmasi UGM yang mengikuti lomba debat kefarmasian ini. Meskipun mengakui belum maksimal dalam mempersiapkan dan mengkaji mosi, tim yang terdiri atas Andra Dwi Githa, G.P. Wahyu Nanda, dan Nia Aryani akhinya mampu melaju ke babak final setelah melalui total 4 match pada babak penyisihan dan semifinal. Pada babak final ini, tim UGM akhirnya berhasil memperoleh peringkat 2 setelah debat melawan tim dari Universitas Padjajaran dengan mosi berjudul ‘Pemerintah Perlu Membuka Prodi S1 Farmasi-Program Studi Pendidikan Apoteker Sebanyak-banyaknya untuk Mengejar Rasio Ideal Apoteker dengan Masyarakat 1:2000’. Setelah melalui sesi tersebut, tim UGM berhasil mendapat posisi sebagai tim pemerintah.
Sebagai tim yang baru merasakan mengikuti lomba debat, tentu hasil ini sangat menggembirakan. Telebih dari 12 mosi, seluruhnya dipersiapkan dengan waktu yang sangat terbatas. “Bersyukur dan tidak menyangka sama sekali kami bisa melangkah sampai ke babak final,” ungkap Andra, selaku ketua tim. (Nia, Andra, Yuda)