Farmasi UGM – “Kerja dimanapun itu pasti punya tantangan,” terang Didik. Untuk itu, diharapkan agar mahasiswa dapat mulai meningkatkan sikap dan mental positif serta pantang menyerah.
Didik Suyatno, S.Si., Apt., merupakan salah satu lulusan Fakultas Farmasi UGM angkatan tahun 1993. Saat ini, dirinya telah menjadi salah satu direktur di perusahaan kefarmasian internasional, yakni PT Exeltis Pharma Indonesia. Karirnya terbilang cukup cermelang. Berasal dari keluarga sederhana, Didik berhasil membuktikan bahwa tekad yang kuat mampu membawa seseorang menjadi lebih sukses. Kini ia berhasil menduduki jabatan sebagai Plant Director PT Exeltis Pharma Indonesia.
Ditanya mengenai bagaimana proses hingga berada di posisi saat ini, Didik tidak menampik bahwa dirinya pernah mengalami berbagai permasalahan dan kegagalan. “Saya pernah berada di masa-masa krisis ketika bekerja di perusahan yang lama,” ungkapnya. Namun, hal-hal semacam itu tidak pernah dibuatnya sebagai penghalang utama. Hidup memang penuh dengan tantangan tersediri. Kesederhanaan yang diajarkan oleh orang tuanya, cukup banyak memberi sumbang asih cara pandang Didik dalam menghadapi permasalahan di dunia kerja.
Inilah yang perlu dipahami oleh mahasiswa. Terus belajar dan pantang menyerah, adalah salah satu kunci untuk menghindarkan diri dari sikap sombong dan arogan. Dengan begitu, mahasiswa akan terus dapat mengembangkan diri. Dari sisi perusahan ataupun penyedia lapangan pekerjaan juga diharapkan dapat memahami karakter sumber daya manusia saat ini. Karakter generasi milenial yang cenderung lebih sulit untuk loyal, baiknya diimbangi dengan inovasi dari perusahaan untuk memberikan added value kepada employee.
“Dan di dunia kerja kelak, kita gak bisa milih-milih teman, itulah pentingnya menjadi orang yang open minded,”kata Didik. Untuk itu, diharapkan sejak menjadi mahasiswa mulai membiasakan diri bergaul dengan berbagai kalangan.
“Oh ya, jangan lupa juga mengenai disiplin waktu,” lanjut Didik. Menghadapi dunia kerja memang dibutuhkan keteguhan dan kesabaran, apalagi disiplin. Karena untuk bias memimpin orang lain, perlu mendisiplinkan diri terlebih dahulu. Ini terbukti, ketika perusahaan tempat Didik pernah bekerja mengalami krisis yang mengancam masa depan para pegawai dan perusahaan itu sendiri. Ia memilih untuk melakukan pendekatan secara personal kepada para staf yang terlibat.
Cara ini dirasa cukup ampuh untuk memahami tujuan dan cara pandang dari masing-masing staf. Masalah itu tidak bisa dihindari, dengan menghadapi dan pantang menyerah, lambat laun tentu akan dapat diselesaikan. “Kuncinya satu, berdoa dan jangan menyerah maka kesuksesan akan mendatangimu,” tutup Didik. (Humas FA/ Yeny)
Kisah pengalaman kerja yang baik dan semoga dapat memotivasi para mahasiswa untuk siap memasuki dunia kerja setelah lulus nanti.