Farmasi UGM – Minggu (20/10/2019), rangkaian acara Pharmacious Fakultas Farmasi UGM diakhiri dengan diadakannya seminar nasional dan talkshow kefarmasian yang mengusung tema “Perkembangan Paradigma Apoteker dalam Menghadapi Disrupsi dan Percepatan Inovasi di Era Revolusi Industri 4.0” di Ballroom Hotel Grand Mercure Yogyakarta. Seminar ini dihadiri oleh kurang lebih 400 peserta yang berasal dari berbagai universitas dan Apoteker, dan mengundang 3 pembicara seminar dan 2 pembicara talkshow. Acara dimulai dengan sambutan oleh Dekan Fakultas Farmasi UGM dan sambutan Ketua Pharmacious 2019, dilanjut dengan pembukaan seminar oleh keynote speaker, Dita Novianti S. A., S.Si., M.M., Apt.
Seminar ini membahas mengenai dampak revolusi industri 4.0 terhadap pelayanan kefarmasian, regulasi yang dibutuhkan, dan contoh-contoh implementasi yang dapat diterapkan tenaga kefarmasian dalam meghadapi revolusi industri 4.0. Pembicara seminar antara lain Drs. Pre Agusta Siswantoro, MBA, Apt., dan Drs. Nurul Falah E. P., Apt. Sedang dalam sesi talkshow narasumber yang dihadirkan tidak kalah menarik, yaitu ibu Asri Riswiyanti, S.F., Apt., M.Sc., (Kepala Instalasi Farmasi RS Sardjito) yang menyatakan bahwa Revolusi Industri 4.0 ditandai adanya konektivitas dan digitalisasi yang bersifat interkoneksi, transparansi informasi, keputusan terdesentralisasi, dan IT . Apoteker ikut mengelola data-data pasien dalam bentuk elektronik data, semua data diolah melalui sistem sebagai contoh: Automasi Penyiapan Obat, Automatic Dispensing, dan Robotic. Peran seorang apoteker dalam hal ini diatur dalam Standar Pelayanan Kefarnasian UU No 17 Tahun 2017. Dari fenomena tersebut, dapat disimpulkan bahwa apoteker mempunyai kemampuan beradaptasi yang baik dalam Revolusi Industri 4.0 sehingga dapat membuat perubahan.
Sesi dua talkshow diidi oleh Dra. L. Endang Budiarti, M.Pharm., Apt. (Pengurus Pusat HISFARSI Bidang Farmasi Klinik, Apoteker RS Bethesda Yogyakarta). Beliau memaparkan bahwa Central Drug Automatic di RS 4.0 mempermudah administrasi dalam pelayanan terhadap pasien karena semua terdata dengan baik namun dengan begitu dapet menurunkan peluang kerja. Virtual Hospital Pharmacy, sebagai contohnya yaitu diskusi antara dokter dengan pasien dilakukan secara online tidak harus bertemu langsung. Hal tersebut memiliki keuntungan tersendiri, yaitu mobilisasi obat yang mudah dikontrol, tervalidasi, dan terintegrasi, namun teknologi tidak bisa menyelesaikan medication error dan IT dapat mendeteksi presisi dalam suatu sediaan, dan sesi talkshow ini di tutup oleh tanya jawab interaktif yang dipandu oleh Dr. Susi Ari Kristina, M.Kes.,Apt. (Humas FA/ Fadila P, Titan R)