Farmasi UGM – Fakultas Farmasi UGM menyelenggarakan rangkaian kegiatan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar (KBM) selama masa pembatasan kegiatan akibat pandemi COVID-19 yang harus diselenggarakan secara daring (dalam jaringan, online). Rangkaian kegiatan ini meliputi survei evaluasi KBM oleh mahasiswa (24-25/6), survei KBM oleh dosen (26/6), dan puncaknya adalah kegiatan Morning Discussion bagi para dosen yang menghadirkan dua pembicara dari Pusat Inovasi dan Kajian Akademik (PIKA) UGM yaitu Dr. Sri Suning Kusumawardani, ST., MT. dan Wirastuti Widyatmanti, S.Si., Ph.D., Jumat (26/06). Rangkaian kegiatan evaluasi ini diselenggarakan utamanya untuk mendapatkan umpan balik dari para pelaku KBM baik dosen maupun mahasiswa untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan KBM secara daring supaya lebih optimal di era “new normal” semester Gasal 2020/2021.
Hasil survei dari dosen menunjukkan bahwa rata-rata dosen mengungkapkan proses KBM telah mencapai 70-80% optimal. Namun demikian, terungkap dari paparan tiga pemantik diskusi Dr. apt. Tatang T. Irianti, M.Si., Dr. apt. Dyaningtyas Dewi P. Putri, M.Sc., dan Dr.rer.net. Ronny Martien, M.Si. beberapa tantangan teknis pelaksanaan KBM daring seperti perbedaan kemampuan para dosen dalam penggunaan fasilitas teknologi yang disediakan UGM serta keterbatasan sarana dan prasarana bila harus melakukan produksi produk-produk pembelajaran yang interaktif. Pun terungkap bahwa para dosen telah berusaha memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada untuk memperoleh kualitas KBM yang paling optimal. Dalam paparannya, Ronny menyampaikan bahwa dosen memiliki ruang untuk menyebarluaskan gagasan dan ilmunya secara lebih informal melalui media-sosial. Menanggapi keresahan dari dosen terkait pemanfaatan teknologi. kedua pembicara mengungkapkan bahwa penggunaan teknologi bukanlah hal yang utama dalam pembelajaran daring. Fokus dari setiap KBM, terlebih secara daring, adalah dengan tetap melibatkan aspek humanisme. Hal ini memang dirasakan menjadi tantangan tersendiri, seperti bagaimana tetap melibatkan mahasiswa dalam aktivitas KBM meski tidak dilakukan dalam tatap muka secara langsung. Wirastuti menyampaikan bahwa memang sulit awalnya karena seperti berbicara dengan komputer, tidak ada respon. “Dosen harus berlatih seolah sedang berbicara secara langsung dengan mahasiswa untuk meningkatkan kedekatan”, papar beliau. Kedua pembicara menekankan pentingnya mempertahankan komunikasi dua arah dalam synchronous meeting seperti saat menggunakan Cisco Webex yang dikombinasi dengan flipped learning. Sebagai pemandu dalam acara tersebut, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaa, Prof. Dr. apt. Triana Hertiani, M.Si. mengapresiasi semangat dosen untuk melakukan evaluasi berkelanjutan serta mengeksplorasi opsi-opsi yang ada untuk selalu memberikan yang terbaik bagi mahasiswa..
Dalam diskusi, Prof. Dr. apt. Retno Sunarminingsih, M.Sc. berpesan bahwa pengembangan teknologi berbasis IT sangat baik untuk dilakukan, namun demikian perlu diingat bahwa dosen tidak boleh mengesampingkan waktu dan tenaga untuk terus mengembangkan aspek sains dalam keilmuan sesuai keahliannya. Oleh karena itu, dukungan teknis sangat diperlukan supaya dosen-dosen yang memiliki potensi saintifik yang sangat baik namun masih harus mengejar dalam teknisnya tetap dapat secara optimal menyampaikan ilmunya. Menanggapi hal ini, Dr. Suning dan Dr. Wirastuti, kedua pembicara sebagai perwakilan PIKA berjanji akan menindak-lanjuti masukan tersebut. Beliau juga menyampaikan bahwa Unversitas telah melakukan upaya untuk mengabadikan kepakaran para tokoh di UGM, yang dapat menjadi legacy keilmuan dalam bentuk video pembelajaran.
Sebagai penutup pada acara diskusi tersebut Triana menyampaikan salah satu quote dari filsuf terkenal John Dewey, “If we teach today as we taught yesterday, we rob our children of tomorrow”, sebagai penyemangat untuk selalu memberikan pembelajaran yang terbaik dan berkelanjutan. (Humas FA/ Triana, Adhyatmika)