KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Menjadi wakil wisudawan Fakultas Farmasi UGM tak pernah disangka oleh Asa Salsabela Arianti. Perempuan yang akrab disapa Bela ini, mengaku sebagai mahasiswa yang santai dan tak punya target mendapatkan IPK tinggi. Seorang wakil wisudawan biasanya hanya fokus dengan kegiatan akademiknya. Namun, Bela sebagai wisudawan dengan IPK tertinggi, jauh dari kesan ini.
“Sebenarnya nggak nyangka bisa jadi wakil wisudawan, yang lain IPK-nya juga pada tinggi. Untuk bisa mencapai ke tahap ini, aku orangnya slow. Nggak menuntut diri sendiri harus dapat nilai IPK tertentu. Tetapi, sejak dulu, kalau di kampus ya fokus belajar, di luar itu aku main,” kata Bela kepada KAGAMA belum lama ini.
Bela menjelaskan bahwa kehidupannya di kampus selama ini seimbang antara kewajiban dan kebutuhan refreshing-nya. Dalam perjalanan menggapai kesuksesan selama kuliah, mahasiswa tidak terlepas dari upaya membangun manajemen waktu. Bela tidak hanya sibuk dengan dunia akademik, ia juga menyempatkan diri untuk berorganisasi. “Aku nggak melulu belajar terus di kampus. Waktu aku bagi dua, untuk kuliah dan organisasi. Kalau cuma kuliah aja, nilai malah turun,” ujarnya sambil tertawa.
Bela mempuyai pandangan berbeda soal cara menjadi mahasiswa berprestasi. Bagi dia, adanya waktu luang tanpa dimanfaatkan untuk beraktivitas di luar kuliah, justru akan menurunkan semangatnya di dunia akademik. Ia menuturkan, terbiasa menyia-nyiakan waktu luang akan mendorongnya untuk bersantai. “Tanpa berorganisasi, jadi nggak ada deadline yang aku kejar. Akhirnya kebawa santai dari waktu luang yang ada,” ungkap mahasiswi peraih IPK 3.90 itu.
Agar makin semangat mengembangkan diri, Bela selalu produktif di BEM Fakultas Farmasi, Majalah Farmasi Indonesia, dan kelompok belajar Farmatalk, serta beberapa event lepas. Kendati punya banyak kegiatan menjadi penyemangat, Bela juga menemui tantangan dari pengalamannya itu. Diceritakan oleh Bela, ia sempat keteteran dalam menjalani kesibukannya. “Karena waktu itu jadwal praktikum cukup padat. Sempat bingung bagaimana bagi waktu kapan harus tidur, kapan ngurus organisasi. Kendala juga ada di aku yang sering mager dan sulit nolak ajakan teman buat main,” ungkap alumnus SMA Negeri 1 Yogyakarta ini.
Di tengah-tengah tekanan yang dialaminya, terselip beberapa pelajaran berharga bagi Bela. Meski waktu itu berat dilalui, tetapi setelah sekian lama ia menemukan banyak insight. “Waktu itu aku jadi LO. Kalau biasanya aku hanya komunikasi sama pasien dan tenaga medis, di sini aku mulai tahu caranya berkomunikasi dengan banyak orang yang berbeda background,” ujar mahasiswi yang menyelesaikan masa studinya selama 3 tahun 7 bulan itu.
Berbagai pengalaman membentuk diri Bela sebagai lulusan Farmasi yang berbeda dari lainnya. Tidak hanya soal IPK, Bela ingin menjadi lulusan Farmasi yang mempunyai karakter berbeda. “Hampir semua lulusan Farmasi mengerti keilmuan Farmasi dan banyak menjadi akademisi. Kalau aku sama seperti mereka, lalu poin plus-ku apa? Nah, aku pengen juga berkembang di bidang lain. Aku rasa ini akan menunjang masa depan,” ujar Bela.
Selain termotivasi oleh banyak kegiatan, selama ini Bela banyak terinspirasi dari kakaknya. Dikisahkan oleh Bela, kakaknya adalah seseorang yang longlife learner. “Aku banyak melihat kakakku. Walaupun dia kuliah di jurusan tertentu, tetapi ketika ditanya hal lain dia juga ngerti,” pungkasnya. Perjuangan Bela masih berlanjut. Setelah ini ia akan menempuh pendidikan profesi. Walaupun belum berpikir keras tentang profesinya di masa depan, Bela punya keinginan untuk bekerja di bidang farmasi industri, khususnya kosmetik. (Kinanthi)
Sumber : http://kagama.co