Yogyakarta, 21 Oktober 2025 – Prof. Dr. apt. Nanang Munif Yasin, M.Pharm. dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Farmakoterapi dan Intervensi Farmasi Klinik di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Pengukuhan ini dilaksanakan pada Selasa, 21 Oktober 2025 di Balai Senat, Gedung Pusat UGM. Pada pengukuhannya, Prof. Dr. apt. Nanang Munif Yasin memberikan pidato dengan judul “Peran Farmakoterapi dan Intervensi Apoteker dalam Meningkatkan Luaran Pasien dengan Penyakit Kronis,”
Dalam pidatonya, Prof. Nanang Munif mengangkat topik pentingnya peran farmakoterapi dan intervensi farmasi klinik dalam menghadapi tantangan pengelolaan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular. Ia menjelaskan bahwa penyakit kronis merupakan kondisi medis jangka panjang yang berkembang perlahan, bersifat menetap, dan sulit disembuhkan secara total. Penyakit ini menyumbang sekitar 60% beban penyakit global dan sering kali disertai berbagai permasalahan seperti gejala fisik yang menetap, gangguan psikologis, serta tingkat kepatuhan pengobatan yang masih rendah, berkisar hanya sekitar 50% menurut WHO.
Prof. Nanang Munif menekankan bahwa farmakoterapi rasional merupakan pilar utama dalam pengelolaan penyakit kronis. Penggunaan obat-obatan yang tepat bertujuan mengendalikan perkembangan penyakit, meringankan gejala, serta mencegah komplikasi. Namun keberhasilan terapi sangat bergantung pada kepatuhan pasien, pemantauan efek samping, dan edukasi yang berkelanjutan.
Lebih lanjut, Prof. Nanang Munif menguraikan bahwa intervensi farmasi klinik yang dipimpin oleh apoteker memiliki dampak signifikan terhadap peningkatan luaran klinis pasien. Peran apoteker mencakup Manajemen Terapi Obat (MTO) yang terbukti efektif meningkatkan kepatuhan dan hasil pengobatan pada pasien diabetes serta hipertensi. Selain itu, apoteker juga memiliki peran penting dalam edukasi pasien untuk meningkatkan pemahaman, kemandirian, dan kepatuhan terhadap terapi. Dukungan melalui konseling gaya hidup sehat serta intervensi berbasis teknologi digital seperti telemedicine dan aplikasi pemantauan kesehatan turut membantu memperkuat efektivitas terapi.
Selain pendekatan klinik dan digital, Prof. Nanang Munif juga menekankan pentingnya kolaborasi tim multidisipliner antara apoteker, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya untuk meningkatkan pengendalian penyakit serta mencegah terjadinya Drug Related Problems (DRPs). Untuk masa depan, beliau menekankan perlunya penguatan model Perawatan Berbasis Pasien (Patient-Centered Care) yang menempatkan kebutuhan dan preferensi individu sebagai prioritas utama, disertai pemanfaatan teknologi digital dan pemantauan jarak jauh untuk memastikan kontinuitas layanan.
Prof. Nanang Munif juga menyoroti pentingnya pelatihan ketahanan mental (Resilience Training) dan terapi perilaku kognitif bagi pasien penyakit kronis sebagai strategi untuk meningkatkan kesehatan mental, mengelola stres, serta memperkuat partisipasi aktif dalam pengelolaan penyakit. Pendekatan ini diharapkan dapat menciptakan sistem pelayanan kesehatan yang lebih holistik, adaptif, dan berorientasi pada kesejahteraan pasien.
Pengukuhan ini menandai komitmen Fakultas Farmasi UGM dalam memperkuat peran apoteker sebagai tenaga kesehatan profesional yang tidak hanya berfokus pada obat, tetapi juga pada peningkatan kualitas hidup pasien secara menyeluruh.
Hal ini juga berkontribusi terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), terutama Good Health and Well-being (SDG 3) melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan berbasis bukti ilmiah, Quality Education (SDG 4) melalui penguatan kapasitas akademik dan penelitian farmasi klinik, serta Partnerships for the Goals (SDG 17) melalui kolaborasi multidisipliner dalam meningkatkan kualitas pengelolaan penyakit kronis di Indonesia.