Farmasi UGM – Dewasa ini, masyarakat mengalami suatu perubahan pola pikir yang cukup signifikan. Cheryl Conner, salah satu kontributor Forbes mengatakan bahwa otak manusia melihat visual layaknya membaca 60.000 teks lebih cepat dibanding deretan kata yang terdiri dari huruf-huruf. Artinya, mata manusia lebih peka akan bentuk-bentuk dinamis daripada sesuatu yang monoton. Di sisi lain, perkembangan seni periklanan pada baliho, poster, televisi, dan media sosial seperti instagram turut menggambarkan bagaimana pandangan masyarakat soal pentingnya media visual saat ini.
Tentu kondisi tersebut harus dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi perkembangan profesi apoteker di Indonesia. Ada banyak cara untuk menyampaikan kepada masyarakat tentang posisi apoteker saat ini. Di masa lalu, pasien sering tidak menemui apoteker saat menebus obat ataupun swamedikasi. Sebagai solusi, kini apoteker dituntut untuk lebih peduli pada pelayanan kefarmasian. Ada tiga strategi yang kemudian harus diterapkan untuk mengembangkan profesionalitas apoteker. Strategi tersebut dikenal dengan 3C, yakni Competence, Connection, dan Character dimana ketiga konsep tersebut berkaitan satu sama lain. Bagi Najogi, seorang apoteker diharapkan memiliki intelektualitas dan dapat mengkomunikasikan ilmunya kepada masyarakat dengan etika yang baik dan benar.
Pengetahuan semacam ini sebenarnya cukup penting, lalu bagaimana cara terbaik untuk mensosialisasikannya?
Di sinilah media visual dibutuhkan. Ris Heskiel Najogi dan Yesiska Kristina Hartanti mengemukakan pendapatnya, “Ada banyak cara untuk mengenalkan paradigma apoteker di masa mendatang, salah satunya adalah dengan menggunakan media poster” ungkap Yesi. Bagi kedua mahasiswa Fakultas Farmasi UGM tersebut poster tidak hanya soal gambar dan seni, namun juga tentang bagaimana menyampaikan ide dan solusi dengan benar. Tidak main-main, poster buatan Najogi dan Yesi terbukti berkualitas dengan memenangkan juara pertama di kompetisi poster yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Farmasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada akhir bulan lalu. (Yeny/ Humas FA)