KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Dunia tidak akan dan tidak bisa kembali seperti semula. Harus ada normal baru, yakni dunia yang lebih sehat, aman, dan lebih siap.
Demikian seperti yang dikatakan Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Apt. Drs. Nurul Falah Eddy Pariang.
Nurul mengutip pernyataan dari Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom, beberapa waktu lalu.
Nurul yakin, normal baru adalah tatanan hidup anyar atau fase kehidupan berdampingan dengan Covid-19.
“Kuncinya adalah disiplin dan konsisten dalam menerapkan protokol kesehatan,” kata Nurul, dalam webinar Bersiap Menuju Era New Normal yang diadakan IAI, Selasa (9/6/2020) lalu.
Terlebih bagi seorang apoteker yang merupakan tenaga kesehatan. Alumnus Fakultas Farmasi UGM angkatan 1981 ini menilai apoteker harus take a lead.
Yakni mendorong agar lingkungan yang mereka layani ikut serta dalam disiplin new normal. Hal ini agar masyarakat konsisten menerapkan protokol kesehatan.
“Fase ini juga harus mendorong kita untuk mengeksplorasi cara-cara baru, termasuk pemanfaatan teknologi,” ujar Nurul.
“New normal harus disikapi sebagai upaya agar gelombang kedua Covid-19 tidak terjadi,” jelas pria asal Wonosobo ini.
Secara khusus, Nurul merujuk pada pernyataan Presiden Jokowi yang mengimbau supaya apotek harus tetap buka selama pandemi.
Demikian juga dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang menyatakan bahwa pemulihan kesehatan harus sejalan dengan pemulihan ekonomi.
Bahkan, kata Nurul, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, juga mengimbau agar seluruh organisasi profesi kesehatan ikut serta dalam menekan peningkatan penyebaran Covid-19.
Caranya yakni dengan upaya promotif dan dan preventif, hal yang merupakan kompetensi apoteker selain komunikasi.
“Intinya dalam era new normal ada hal yang harus dilakukan apoteker secara individual, komunitas, dan institusi,” tutur Nurul.
“Misalnya, harus menjaga kondisi sehat, menjaga kebersihan, menjaga jarak, menggunakan pakaian khusus saat bekerja, mandi, menggunakan masker, dan lain-lain,” jelasnya.
Komisaris PT Kimia Farma (Tbk) tersebut lalu menegaskan bahwa apoteker harus menjalankan SPO (Standar dan Prosedur Operasional) pelayanan apotek yang lain.
Yakni dengan menyemprot desinfektan apotek secara berkala, menyediakan tempat mencuci tangan dengan sabun, melakukan pengecekan suhu badan, dan menjaga tata letak kursi di ruang tunggu.
Kemudian, pengunjung yang datang ke apotek juga harus bebas dari batuk dan memakai masker.
Pengunjung yang diperbolehkan masuk maksimal 40 persen dari kapasitas apotek.
Lebih lanjut, Nurul berpesan kepada seluruh apoteker di Indonesia untuk bisa memberi edukasi.
Yakni apoteker harus bisa memberi pemahaman kepada masyarakat dengan cara yang sebaik-baiknya.
“Banyak orang yang baru sadar dengan kesehatannya ketika ada tetangganya yang kena. Ada juga yang baru sadar saat keluarganya kena,” ucap Nurul.
“Karena itu, sadarkan (kepada masyarakat) bahwa ini (Covid-19) adalah musuh yang ghoib dan jahat. Covid-19 itu tak kasatmata, tak terlihat tetapi nyata.”
“Cara mencegahnya ialah dengan mengatur pola hidup bersih dan sehat,” terang pria kelahiran 23 Maret 1962 tersebut.
Adapun webinar IAI ini juga dihadiri Menteri Perhubungan RI, Ir. Budi Karya Sumadi.
Selain Nurul, narasumber yang didatangkan adalah Dekan FISIPOL UGM, Prof. Erwan Purwanto, Dekan Fakultas Farmasi UGM, Prof. Agung Endro Nugroho, serta Ketua KAGAMA Farmasi Apt. Drs. Masrizal Achmad Syarif. Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Prof. Zullies Ikawati, bertindak sebagai moderator. (Ts/-Th)
Sumber : kagama.co