KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – UGM adalah salah satu perguruan tinggi tertua di Indonesia. Kiprahnya di awal kemerdekaan menjadikan UGM sebagai pusat pendidikan dan penelitian kala itu. Karena katerbatasan infrastruktur saat itu, UGM harus mengambil alih beberapa fungsi dari lembaga-lembaga yang belum tersedia. Sehingga UGM tak hanya didatangi oleh para mahasiswa guna menempuh pendidikan, tapi juga masyarakat secara umum. Salah satu fungsi UGM kala itu adalah menjadi lembaga pelayanan kesehatan.
Hal itu karena di UGM terdapat fasilitas pengobatan yang cukup memadai. Sehingga Kampus Kerakyatan ini menjadi tumpuan kesehatan bagi masyarakat Jogja dan sekitarnya. Selain fasilitas pengobatan, UGM juga memiliki apotek yang terhitung cukup lengkap di eranya. Setiap harinya apotek UGM selalu ramai oleh pengunjung. Pada Majalah Gadjah Mada edisi bulan Maret 1955 memuat sekelumit laporan mengenai keberadaan apotek UGM.
Dalam rubrik foto Snapshot ditampilkan deretan foto-foto dari beraneka ragam kegaitan sehari-hari di apotek UGM. Hanya saja, Majalah Gadjah Mada tidak menyebutkan lokasi apotek tersebut. Ulasan sepanjang dua halaman tersebut dicetak dalam kertas yang sedikit kekuning-kuningan dan masih menggunakan ejaan lama. Foto-foto yang tersedia juga belum menampilkan warna selain hitam dan putih. Setidaknya terdapat delapan foto yang berhasil dikumpulkan oleh tim Majalah Gadjah Mada kala itu.
Di setiap foto terdapat keterangan-keterangan kecil yang menjelaskan isi dalam foto-foto tersebut. Dalam foto pertama ditunjukkan seorang karyawan dari apotek tersebut sedang menyiapkan beberapa obat. Dalam keterangan tersebut tertulis bahwa setiap harinya terdapat ratusan orang yang mengunjungi Apotek UGM. Oleh karena itu para karyawan sudah sangat terlatih dalam menyiapkan obat. Dalam foto tersebut juga tampak seorang karyawan sedang menuangkan cairan obat ke dalam sebuah botol yang lebih kecil.
Biasanya para pasien akan mengantre dan berobat di poliklinik UGM. Setelah resep obat dari dokter diperoleh, para pasien tersebut berbondong-bondong menuju Apotek untuk kembali mengantre. Usai mengantre cukup lama para pasien akan menyerahkan resep tersebut ke pegawai apotek yang berada di salah satu loket. Tak butuh waktu lama para pasien tersebut memperoleh obat dan catatan kecil mengenai aturan pemakaiannya. Di bagian belakang Apotek UGM terdapat gudang penyimpanan obat dan ruang peracikan obat.
Dalam salah satu foto juga tampak seorang pegawai sedang mencampur dan menggerus obat-obatan. Proses tersebut tak boleh dilakukan sembarangan. Kala itu walaupun tenaga apoteker sangat terbatas, para pegawai sudah terlatih dan mendapat pelatihan yang sesuai untuk tugasnya masing-masing. Begitu pula dengan tempat penyimpanan obat. Saat itu karena peralatan penyimpanan masih sangat sederhana, para pegawai harus lebih sering melakukan pengecekan.
Termasuk pengontrolan suhu dan pemberian label pada setiap kadus serta botol-botol obat. Bahkan di salah satu foto juga terdapat seorang pegawai sedang melakukan penempelan label nama-nama obat pada tumpukan kardus. Hari ini di UGM tak hanya terdapat apotek dan klnik kesehatan. Selain kedua tempat tersebut yang tetap dipertahankan, UGM juga memiliki lebih banyak fasilitas penelitian obat dan kesehatan. Keduanya antara lain terdapat di Fakultas Farmasi dan FK-KMK UGM. Selain itu juga dua rumah sakit yaitu RSUP Dr. Sardjito dan Rumah Sakit Akademik UGM.Bagi mahasiswa yang ingin berobat secara gerati UGM juga menyediakan Gadjah Mada Helath Center (GMC) yang terletak di sekitar perumahan dosen Sekip. Fasilitas-fasilitas tersebut tak hanya bisa dinikmati oleh mahasiswa UGM. Namun juga masyarakat secara umum terutama daerah Jogja. (Thovan)
Sumber : kagama.co