Prof.Dr. Umar Anggara Jenie, M.Sc., Apt., merupakan peneliti dari UGM yang banyak berjasa dalam mengembangkan kehidupan ilmu pengetahuan Indoensia. Almarhum memiliki kontribusi besar terhadap pengembangan riset ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) di Indonesia, khususnya dalam pengembang bioetika dan mendorong riset strategis.
Dalam rangka mengaktualisasikan pemikiran Umar Anggara Jenie, Fakultas Farmasi UGM menyelenggarakan seminar nasional dengan tema “Membangun IPTEK Bermartabat: Etos, Etika, dan Strategi”. Kegiatan berlangsung Senin (21/8) di Balai Senat UGM.
Lahir di Solo, Jawa Tengah pada 22 Agustus 1950 dan menjadi Guru Besar Kimia Medisinal Organik UGM. Kiprahnya dalam pengembangan sains tidak terbantahkan lagi. Sebagian orang mengenang almarhum sebagai peneliti yang berpikiran visioner, selalu berpegang teguh pada etika, tetapi juga sangat humanis. Pernah menjabat sebagai Wakil Rektor UGM bidang Penelitian dan Pengabdian pada maysrakat, Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Vice President of the Asian Bioethics Association (ABA), Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), serta Ketua Komisi Bioetika Nasional (KBN).
Umar wafat pada 26 Januari 2017 di kediamannya di Condong Catur, Yogyakarta usai melaksanakan Salat Tahajud. Walaupun telah tiada, namun pemikirannya selalu hidup dan memberikan pijakan dalam melakukan penelitian bagi para peneliti Indonesia untuk mewujudkan kemajuan bangsa.
Dalam seminar tersebut menghadirkan Dr. Laksana Tri Handoko, M.Sc., Deputi Ilmu Pengetahuan Teknologi LIPI sebagai pembicara kunci. Selain diikuti kalangan akademisi, turut hadir dalam acara tersebut perwakilan keluarga almarhum Umar Anggara Jenie, perwakilan AIPI, dan Ketua PP KAGAMA Bidang V.
Laksana mengatakan ada satu pemikiran Umar Anggara Jenie yang selalu diingatnya. Umar menyebutkan pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di bidang riset sehingga memiliki kualifikasi tinggi. Mereka harus mampu menghasilkan riset yang signifikan, terpublikasi dalam jurnal bereputasi global, atau pun menghasilkan paten yang aplikatif.
“Prof. Umar pernah menyampaikan bahwa LIPI merupakan lembaga akademika khususnya peneliti bidang bioteknologi. Kendati saat itu LIPI belum berfungsi seperti seharusnya, namun dia berharap ke depan LIPI harus menjadi lembaga yang memiliki wibawa secara global,” paparnya.
Lalu bagaimana riset bisa berkontribusi bagi kemajuan bangsa? Handoko menjelaskan perlunya peningkatan etos riset baik input maupun output. Sementara untuk mewujudkan Iptek yang bermartabat diperlukan peningkatan kontribusi melalui aktivitas riset.
Perwakilan AIPI , Prof. Dr.dr.Sofia Mubarika menyampaikan Umar Anggara Jenie merupakan sosok ilmuan sejati dan pekerja keras. Selalu berpegang teguh pada etika dan aturan yang beralaku sekaligus bersifat humanis.
“Pror. Umar memiliki kemauan kuat untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang bermartabat, etis dan visioner. Selain itu, miliki mimpi dengan ilmu pengetahuan, Indonesia bisa bersaing di tingakat global,”urainya.
Ketua PP Kagama bid V/Staf Ahli Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dr.Ir. Haryadi Himawan turut memaparkan sumbangsih Umar Anggara Jenie dalam pengembangan sains. Dia menyampaikan penghormatan dan apresiasi atas pemikiran-pemikiran visioner yang dikembangkan almarhum. Karenanya penting untuk menggali lebih lanjut pemikiran Umar Anggara Jenie untuk kemajuan Iptek dan bangsa.
Hal senada disampaikan oleh Wakil Rektor UGM Bidang SDM dan Aset, Prof.Dr.Ir. Bambang Agus Kironoto. Menurutnya, Umar Anggara Jenie merupakan pribadi yang memiliki sederet pretasi dan kompetensi mumpuni di bidang farmasi sehingga penting untuk menggali pemikirannya secara mendalam. (Humas UGM/Ika; foto:Firsto)