Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragam hayati, etnis, dan kebudayaan. Potensi dapat dimanfaatkan untuk bidang kefarmasian, salah satunya tumbuhan obat. Eksplorasi tumbuhan diawali dengan adanya informasi dari masyarakat terutama masyarakat lokal. Informasi ini berasal dari survei etnofarmakologi. Saat ini bidang keilmuan etnofarmakologi menarik untuk dieksplorasi. Etnofarmakologi ini merupakan ilmu interdisipliner yang mengaplikasikan ilmu sains dan sosio-kultural untuk mengeksplorasi agen tradisional yang aktif secara biologis. Ilmu sains yang terkait etnofarmakologi antara lain farmakologi, fitokimia, dan botani, sedangkan ilmu sosio-kultural antara lain etnologi, etnomedisin, dan antropologi.
Tingginya peluang emas pengembangan kekayaan tumbuhan obat Indonesia dan banyaknya informasi etnofarmakologi yang sudah dikembangkan, memicu keinginan mahasiswa Farmasi UGM yaitu Fitriana Hayyu Arifah untuk mengeksplorasi lebih lanjut tentang studi eksplorasi tumbuhan obat Indonesia untuk penanganan penyakit diabetes melitus (DM) dari berbagai etnis. Fitriana Hayyu yang didampingi oleh tiga pembimbingnya yaitu Prof. Agung Endro Nugroho (UGM), Prof. Abdul Rohman (UGM), dan Dr. Wawan Sujarwo (BRIN) ini mengeksplorasi dari jurnal ilmiah yang dapat diakses online, buku kuno (Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang), laporan survei pemerintah, dan tugas akhir S1/S3/S3 dari Fakultas Farmasi, Fakultas Biologi, dan Fakultas Ilmu Budaya.
Berdasarkan hasil riset ini didapatkan banyak ramuan tumbuhan obat baik yang diaplikasi secara tunggal maupun campuran dengan diketahui sebanyak 229 spesies dari 70 famili tumbuhan. Kumis kucing dan sambiloto dikenal sebagai 2 tumbuhan yang paling digunakan oleh masyarakat untuk penanganan penyakit DM. Dari 34 provinsi, dilaporkan 31 provinsi sudah dilakukan survei etnofarmakologi. Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Jawa Timur dilaporkan sebagai provinsi dengan jumlah ramuan herbal untuk penurunan gula darah terbanyak di Indonesia. Sepuluh tumbuhan yang paling digunakan oleh masyarakat, selanjutnya dilakukan penelusuran studi pembuktian ilmiah pada penyakit DM dari para peneliti sebelumnya. Pembuktian ilmiah tersebut mencakup aspek preklinik (in vitro dan in vivo), fitokimia (kandungan senyawa kimia), uji klinik, dan kajian toksikologi.
Dari kajian ini diharapkan menimbulkan rasa bangga atas kekayaan Indonesia baik dari sisi keanekaragaman hayati dan biodiversitas terutama kalangan muda. Selain itu, juga diharapkan mampu meningkatkan keinginan untuk mengembangkan potensi kekayaan alam Indonesia untuk aplikasi dalam bidang kefarmasian, seperti obat dan suplemen herbal.
(Kontributor: Fitriana Hayyu Arifah)
Sumber bacaan:
Arifah, F.H., Nugroho, A.E., Rohman, A., Sujarwo, W. (2022). A review of medicinal plants for the treatment of diabetes mellitus: The case of Indonesia. South African Journal of Botany. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0254629922003337.