Farmasi UGM – Fakultas Farmasi UGM bersama dengan BEM KMFA menyelenggarakan survei umpan balik mahasiswa dalam mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar (KBM) pada masa pembatasan aktivitas tatap muka selama pandemi COVID-19 ini. Survei dilakukan selama dua hari (24-25/6) pada mahasiswa Program Sarjana Program Studi Farmasi. Survei meliputi siapa dosen favorit mahasiswa dalam pelaksanaan KBM secara daring dan yang terpenting adalah alasannya. Sebanyak 164 mahasiswa yang tersebar merata antara angkatan 2016 hingga 2019 berpartisipasi dalam survei ini.
Dari survei tersebut diperoleh informasi dosen-dosen yang merupakan favorit mahasiswa di tiap departemen beserta alasannya, dimana pilihan mahasiswa sangat bervariasi. Tangkapan informasi terpenting dari survei tersebut adalah bahwa terdapat persamaan dalam beberapa aspek yang mendasari pemilihan, yaitu, aspek humanisme yang ditunjukkan dosen antara lain berupa empati kepada kesulitan mahasiswa, semangat untuk memberi yang terbaik di tengah keterbatasan, humoris, santai, dan akrab dalam menyampaikan materi. Aspek lain yang juga menjadi dasar pemilihan adalah metode penyampaian yang jelas, teratur, menarik dan interaktif. Beberapa mahasiswa juga menyoroti tugas yang tidak memberatkan serta pemberian nilai yang tidak sulit sebagai alasan pemilihan dosen favoritnya.
Menarik menganalisis kriteria dosen favorit pembelajaran daring tersebut mengingat dosen terpilih memiliki kemampuan teknis penguasaan fasilitas e-learning yang bervariasi, sehingga kesamaan dari keempatnya adalah aspek humanis yang ditunjukkan. Mayoritas mahasiswa tidak menunjukkan adanya gapping dalam pemilihannya, sehingga seorang mahasiswa yang sama memilih dosen dengan karakter yang sangat variatif dan seimbang, misalnya dari sisi generasi dan gender. Contohnya, dari keempat dosen favorit dari empat departemen di Fakultas Farmasi yaitu Dr. apt. Purwanto, M.Sc. (Biologi Farmasi), Dr. apt. Adhyatmika, M.Biotech. (Farmasetika), Dr. apt. Muthi’ Ikawati, M.Sc. (Kimia Farmasi), dan Prof. Dr. apt. Zullies Ikawati, M.Si. (Farmakologi dan Farmasi Klinik), mewakili semua aspek seperti gender dan generasi.
Menanggapi hasil tersebut, Prof. Dr. apt. Zullies Ikawati, M.Si. menyampaikan terima kasihnya pada apresiasi mahasiswa. “Yang saya rasakan dan upayakan selama jauh secara fisik dengan mahasiswa, adalah bagaimana agar tetap dekat di hati,” ungkapnya. Senada dengan Prof. Zullies, Dr. apt. Muthi’ Ikawati, M.Si. mengungkapkan bahwa meski dalam kondisi darurat, mahasiswa harus tetap mendapatkan hak-haknya. “Oleh karena itu, insya Allah bersama kita akan menjadi generasi yang kreatif, adaptif, amanah, dan stronger than before (lebih kuat dari sebelumnya, red.),” tuturnya. Dr. apt. Adhyatmika juga mengungkapkan rasa terima kasih atas apresiasi mahasiswa, namun apa yang telah dilalui masih banyak kekurangan dan berharap bisa lebih baik lagi. Dr. apt. Purwanto, M.Si. menyampaikan untuk berpesan untuk menyenangi ilmu dan siapa yang meyampaikan ilmu tersebut, “Walau dalam kondisi yang terbatas, belajar dan berusaha adalah wajib.. ayo tetep semangat ya, “ tuturnya..Ungkapan ini menunjukkan bagaimana dosen dapat menggunakan sisi humorisnya untuk membangun keterikatan dengan mahasiswa khususnya dalam KBM.
E-learning yang identik dengan digital technology menawarkan potensi yang luas dan memfasilitasi berbagai kemudahan dan efektivitas proses KBM, khususnya di era pandemi saat ini dimana tatap muka sangat dibatasi. Di sisi lain kesenjangan penguasaan teknologi kerap menjadi hambatan bagi sebagian dosen untuk mengeksplorasi fasilitas tersebut dalam memperkaya proses pembelajaran. Kondisi pandemi telah menjadi pembuka jalan bagi pelaksanaan pembelajaran yang lebih adaptif dengan perkembangan transformasi digital di era Revolusi Industri 4.0. Dosen dituntut untuk lebih kreatif dalam keterbatasan. Pendampingan teknis yang berkelanjutan perlu diupayakan untuk mengatasi kesenjangan tersebut. Namun, hal yang tidak kalah penting, umpan balik mahasiswa yang mengulik kriteria dosen favorit tidak terpengaruh pada moda penyampaian daring ataupun luring (offline), dan bahwa peran dosen yang humanis adalah kunci efektivitas ketercapaian pembelajaran yang dituju. (Adhyatmika, Triana)