Farmasi UGM – Jantung koroner tercatat sebagai salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia, untuk itu sudah selayaknya bagi masyarakat untuk meningkatkan kepedulian terkait hal tersebut. Melalui karya tulisnya, Rifda Latifa dan Arizka Putri Widyaningrum menyerukan tentang kemungkinan pemanfaatan daun sambung nyawa dan jamur tiram untuk mengatasi permasalahan jantung koroner di Indonesia.
Bagi Rifda dan Arizka, percampuran jamur tiram yang mengandung zat sejenis lovastatin dan daun sambung nyawa yang banyak ditemukan di Indonesia memiliki efek dapat mengurangi penyumbatan di pembuluh darah. Dua bahan tersebut dapat mengantisipasi hiperlipidemia yang menjadi salah satu penyebab munculnya jantung koroner. Untuk mendapatkan sediaan farmasi, kedua bahan tersebut diolah menjadi nanoencapsulasi yang kemudian dilapisi chitosan agar tidak mudah terdegradasi dan mudah diserap tubuh.
Dengan membawakan makalah berjudul “Nano-Nutus: Potensi Kombinasi Daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens) dan Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) dengan Formula Nanoenkapsulasi sebagai Solusi Penyakit Jantung Koroner”, Rifda dan Arizka berhasil menjadi juara pertama di ajang lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) GEN-X 2017 yang diselenggarakan oleh Fakultas Farmasi Universitas Andalas. Sedang tuan rumah sendiri berada di posisi kedua, setingkat di atas Universitas Sumatera Utara yang mendapat juara 3.
Dalam perebutan gelar juara LKTIN GEN-X 2017, Rifda dan Arizka yang adalah perwakilan dari Fakultas Farmasi UGM harus berangkat menuju Padang, Sumatera Barat dan bersaing dengan tim dari Universitas Andalas, Universitas Sumatera Utara, Universitas Hasanudin, dan Universitas Ahmad Dahlan. Rifda menuturkan bahwa awalnya mereka tidak yakin dapat keluar sebagai pemenang. “Kami lihat penampilan peserta yang lain cukup bagus dan sesi tanya jawabnya seru-seru semua,” ungkapnya.
Salah satu yang menjadi penyebab kemenangan UGM adalah keunikan ide dan kesesuaian makalah dengan tema yang diangkat panitia, yaitu “Optimalisasi Teknologi dan Potensi Sumber Daya Alam Lokal Menuju Indonesia Mandiri”.