Farmasi UGM. Di dalam tubuh manusia terdapat banyak sekali mikrobiota. Mikrobiota adalah kumpulan dari bakteri, archae, jamur dan virus yang hidup di dalam tubuh manusia antara lain di kulit, hidung dan mulut, urogenital dan usus (Dietert dan Dietert, 2015). Terdapat lebih dari 100 milyar mikrobiota di dalam saluran cerna manusia. Keberadaan mikrobiota pada manusia dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain :
- Faktor lingkungan,
- Faktor nutrisi,
- Faktor lain misalnya konsumsi obat, penyakit.
Keberadaan bakteri dalam saluran cerna akan mengubah karbohidrat melalui proses fermentasi sakarolitik, menghasilkan asam lemak rantai pendek (asam propionat, asam asetat dan asam butirat) serta gas. Senyawa-senyawa ini menjadi sumber energi dan nutrisi bagi manusia, membantu penyerapan mineral yang dibutuhkan bagi fungsi normal tubuh (kalsium, magnesium, zat besi, dll) (Wong dkk, 2006). Asam butirat dilaporkan mampu mencegah terjadinya kanker (Beaugerie et al., 2004; De Vadder dkk, 2013). Mikrobiota juga dilaporkan mampu meningkatkan absorpsi lemak dan vitamin yang terlarut yaitu vitamin K. Mikrobiota juga membantu pembentukan biotin dan asam folat yang dibutuhkan oleh tubuh (Sears, 2005). Mikrobiota dikenal erat kaitannya dengan kondisi kesehatan manusia (gambar 1).
Mikrobiota mempengaruhi daya tahan tubuh dengan meningkatkan jumlah immunoglobulin A (IgA) serta TH1 dan TH17 (Maranduba dkk, 2015). Pada masa pandemik COVID-19 ini cara termudah untuk meningkatkan jumlah mikrobiota yaitu dengan mengkonsumsi prebiotik. Prebiotik adalah bahan makanan berupa karbohidrat komplek yang sulit dihirolisis/dicerna oleh enzim pencerna karbohidrat sehingga tidak diserap oleh usus. Prebiotik merupakan makanan bagi mikrobiota. Sumber makanan karbohidrat komplek sulit dicerna karena memiliki rantai yang panjang dan bercabang. Karbohidrat komplek ditandai dengan indeks glisemik (IG) yang sedang hingga rendah. IG yang rendah menunjukkan bahwa bahan tersebut sulit dicerna, tidak dengan segera /lebih lama diubah menjadi karbohidrat monosakarida sehingga tidak menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah secara cepat. Bahan dengan IG rendah akan bertahan lama di saluran cerna, sehingga memberikan rasa tidak cepat lapar.
Bahan-bahan dengan IG rendah hingga sedang akan meningkatkan produksi asam lemak rantai pendek yang penting bagi peningkatan daya tahan tubuh dengan mempertahankan kondisi saluran cerna sehat dan seimbang. Keberadaan asam lemak rantai pendek dalam jumlah banyak akan meningkatkan populasi mikrobiota antara lain Bifidobacterium adolescentis,
Ruminococcus bromii, dan Eubacterium rectale (Venkataraman dkk,2016).
Tabel 1. Sumber karbohidrat komplek lokal Indonesia sebagai prebiotik
No | Bahan pangan | Hasil penelitian |
1. | Porang | Menurunkan jumlah bakteri E.coli, meningkatkan jumlah asam lemak rantai pendek, menurunkan pH feses |
2. | Uwi, gadung, talas | Indek glisemik 14-22, peningkatan jumlah bakteri L. acidophilus, L. paracasei, L. rhamnosus, dan L. plantarum, |
3. | Ganyong dan garut | Peningkatan jumlah Lactobacillus |
4. | Ubi jalar | Peningkatan Bifidobacterium dan Lactobacillus, terjadi penurunan jumlah Enterobacillus, Clostridium perfringens dan Bacteroides |
Dalam masa pandemik COVID-19, konsumsi bahan-bahan pangan dalam tabel 1 memiliki fungsi penting yaitu meningkatkan daya tahan tubuh melalui perbaikan kondisi mikrobiota dalam saluran cerna. Selain itu bagi yang menjalankan puasa Ramadhan, konsumsi karbohidrat komplek sebagai pengganti nasi jelas memiliki keuntungan ganda yaitu perut tidak cepat lapar dan daya tahan tubuh meningkat.
Kesimpulan. Konsumsi bahan-bahan pangan dengan kandungan karbohidrat komplek ber-indeks glisemik (IG) rendah dan sedang, mempunyai peran penting dalam meningkatkan daya tahan tubuh melalui perbaikan kondisi mikrobiota dalam saluran cerna.
Penulis : Apoteker Ika Puspitasari, MSi, PhD.
Foto Utama : Warta IPTEK
Pustaka
- Dietert RR, Dietert JM. 2015. Review: the microbiome and sustainable healthcare. 3: 100-129.
- Wong JM, de Souza R, Kendall CW, Emam A, Jenkins DJ. Colonic health: fermentation and short chain fatty acids. J Clin Gastroenterol 2006;40:235-43. doi:10.1097/00004836-200603000-00015.
- Beaugerie, L, Petit 2004. Antibiotic-associated diarrhoea. Best Practice & Research Clinical Gastroenterology 18 (2): 337–52.
- De Vadder F, Kovatcheva-Datchary P, Goncalves D, et al. Microbiota-generated metabolites promote metabolic benefits via gut-brain neural circuits. Cell 2014;156:84-96. doi:10.1016/j.cell.2013.12.016.
- Sears, CL. 2005. A dynamic partnership: Celebrating our gut flora. 11 (5): 247-251.
- Maranduba, C.M.D.C., Castro, S.B.R.D., Souza, G.T.D., Rossato, C., Guia, F.C.D., Valente, M.A.S., et al., 2015. Intestinal microbiota as modulators of the immune system and neuroimmune system: impact on the host health and homeostasis. Hindawi Publishing Corporation. Journal of Immunology research
- Valdes AM, et al., Role of the gut microbiota in nutrition and health. BMJ 2018;361:j2179 http://dx.doi.org/10.1136/bmj.j2179
- Venkataraman A, Sieber JR, Schmidt AW, Waldron C, Theis KR, Schmidt TM. Variable responses of human microbiomes to dietary supplementation with resistant starch. Microbiome 2016;4:33. doi:10.1186/s40168-016-0178-x.
- Cheng W, Lu J, Li B, et al. Effect of functional oligosaccharides and ordinary dietary fiber on intestinal microbiota diversity. Front Microbiol 2017;8:1750. doi:10.3389/fmicb.2017.01750.
- Puspita Sari I, Lukitaningsih E, Rumiyati, Setiawan IM., Indek glisemik uwi, gadung, dan talas yang diberikan pada tikus, Trad Med J 2013; 18(3):127-131.
- Harmayani, E. , Aprilia, V. , & Marsono, Y. (2014). Characterization of glucomannan from Amorphophallus oncophyllusand its prebiotic activity in vivo. Carbohydrate Polymers, 112, 475–479. 10.1016/j.carbpol.2014.06.019
- Saxby S, Li Y, Lee C, Kim YS, Assessing the prebiotic potential of Taro (Colocasia esculenta) with probiotic Lactobacillus species in an in vitro human digestion system (P20-022-19).Curr Dev Nutr 2019, 3(Suppl1): nzz040.P20-022-19.