Farmasi UGM – Semenjak wabah Covid-19 ditetapkan pada status awas di lingkungan Universitas Gadjah Mada, beberapa fakultas termasuk Fakultas Farmasi melakukan tanggap darurat dan membuat kebijakan-kebijakan guna untuk pencegahan wabah. Sejak pertengahan bulan Maret 2020, tepatnya tanggal 16 Maret Fakultas Farmasi sendiri sudah memberlakukan kuliah dalam jaringan (online) untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 melalui Surat Edaran Dekan nomor 1.15.03/UN1/FFA/SETPIM/OT/2020 tentang Kebijakan Perkuliahan dan Praktikum.
Pengurangan dan Peniadaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kampus menjadi keputusan yang tepat untuk mengurangi kontak antar individu dan mengurangi kerumunan masa (Social and Physical Distancing). Kegiatan Belajar Mengajar misalnya perkuliahan, diskusi dan kegiatan lain yang sejenis, diupayakan tetap berjalan tetapi dilakukan penyesuaian jadwal pelaksanaan dan dilaksanakan dengan menggunakan metode daring yang dapat menggunakan metode syncronous (Webex, Zoom, Skype, Microsoft teams, Googlemeet dll) dan asyncronous (eLisa, Elok, Elearning Farmasetika, Whatsapp Group dll), dengan tetap memperhatikan kelanjutan proses belajar mengajar dan ketercapaian mutu pembelajaran yang telah direncanakan.
Nazulanita Rahma, mahasiswi Prodi Magister Farmasi Klinik 2019, menceritakan bahwa pembelajaran dalam jaringan adalah metode yang paling ideal untuk situasi ini. “Asyik dan Menyenangkan, serta beberapa metode sudah digunakan (WeBex, Zoom, Google Meet) dan berjalan lancar, kendala lebih pada jaringan masing-masing”. Nita menambahkan, “Namun terkadang dalam kuliah online diskusi bisa menjadi kurang fokus, karena tidak tatap muka secara langsung dan komunikasinya jelas berbeda jika dibandingkan dengan tatap muka di kelas sehingga lebih memungkinkan adanya salah persepsi saat diskusi”.
Di lain sini, menurut Ulfah Laily Azizah (mahasiswi Prodi Profesi Apoteker 2019) meskipun program praktik kerja (PKPA) harus diberhentikan lebih cepat karena Wabah Covid-19, tapi teknologi sangat membantu untuk tetap belajar dan berdiskusi dengan dosen dan teman-teman membahas materi dari praktisi rumah sakit, puskesmas dan apotek, dari rumah masing-masing. Pembelajaran tetap interaktif dan tanya jawab juga tetap berjalan lancar. Apalagi UGM juga bekerjasama dengan provider internet sehingga tidak khawatir akan kehabisan kuota. “Kadang suara terganggu karena sinyal di beberapa daerah yang kurang bagus, sangat menganggu jalannya diskusi, tapi tetap mengasyikan”, ungkap Ulfah menceritakan lika-liku pembelajaran dalam jaringan.
Yohana Disa Amelinda (mahasiswi S1 Farmasi 2018) menyampaikan “Perkuliahan jarak jauh membuat saya mensyukuri praktikum serta laporannya”. Dulu saya sering kurang bersyukur dan malas mengerjakan laporan praktikum dan setelah adanya pembelajaran secara daring yang tidak memungkinkan adanya praktikum secara langsung, saya merasa bahwa ilmu yang saya dapatkan di praktikum sangat berharga dan belum tentu didapatkan pada semester selanjutnya. Dalam proses perkuliahan jarak jauh, Yohana bersyukur domisilinya tidak jauh dari kota sehingga sinyal bisa sampai dengan baik. “Hambatan saya adalah kurangnya kuota, karena dalam online membutuhkan kuota yang cukup banyak, bersyukur beberapa provider telah menyediakan kuota gratis sehingga memudahkan saya”, ungkap Yohana.
Muhammad Qowiyul Amin (mahasiswa S1 2018) berpendapat “Pembelajaran secara daring menurutku ada suka dukanya, walau lebih banyak dukanya, tapi mengasyikan”. Sukanya, bagi anak rantau maka bisa melaksanakan kegiatan akademik cukup di rumah dan bisa dekat dengan keluarga, namun dukanya, kadang terkendala jaringan internet yang ada dan kuota internet. Menurut Yustinus Lukito (Mahasiswa S1 2017), Sistem kuliah online yang dilaksanakan menarik dan fleksibel, memberikan apresiasi kepada para dosen pengajar dalam memberikan pelayanan pendidikan yang tetap mantap kepada mahasiswa.
Augna Sherina (mahasiswa S1 2017) menambahkan bahwa kuliah daring juga menyadarkan seluruh mahasiswa dan dosen untuk lebih memanfaatkan kecanggihan teknologi yang ada, jadi tidak lagi kata atau alasan gaptek, dan lagian mengasyikkan dan tidak membosankan. Lewat kuliah daring, mahasiswa yang tidak berani bertanya jadi berani untuk menyampaikan opininya. Kuliah daring justru mendekatkan dosen dengan mahasiwa karena dosen juga lebih interaktif secara intensif lewat chatting.
Mutia Nadhifasari (mahasiswi S1 2017) berpendapat pembelajaran daring yang dilakukan oleh Farmasi sudah cukup baik dan menyenangkan, pemberian kuliah online sampai pemberian ppt ber-audio. Pemberian materi secara online ini bisa diakses kapanpun. Namun terkadang yang menjadi kendala adalah koneksi internet dan pemakaian sistem pembelajaran yang beragam via elok/elisa/gclassroom sedikit merepotkan mahasiswa.
Untuk pembelajaran daring yang disukai, Bintang Wikantyasa Priyambada (mahasiswa S1 2018) mengungkapkan “Paling suka melalui sistem live video karena bisa mendengarkan penjelasan dosen dan bisa mengajukan pertanyaan secara langsung dan perbedaan pemahaman juga lebih mudah diatasi kalau menggunakan live video”. Bagi mahasiswa tingkat akhir seperti Hilarius Ardi (Mahasiswa S1 2016), bimbingan dan konsultasi skripsi yang disukai dalam masa tanggap darurat covid-19 ini adalah melalui teleconference atau metode syncronous. “Perubahan cara bimbingan, mendorong kami untuk beradaptasi dengan cara belajar yang baru”, ungkap Ardi.
Terkait dengan pandemik Covid-19 di Indonesia, Mutiara Zalsa (mahasiswi S1 angkatan 2016) berharap Semoga kasus positif covid 19 tidak semakin bertambah, dan semoga pasien yang positif diberikan kesembuhan. Saya sangat berharap wabah covid 19 ini cepat berakhir sehingga masyarakat dapat melanjutkan aktivitas sehari-hari dengan normal kembali. Ulfah Laily Azizah menambahkan “Semoga Indonesia segera melalui masa golden cross sehingga pasien yang sembuh setiap harinya lebih banyak daripada yang dinyatakan positif”. “Semoga dengan adanya wabah ini, masih ada hikmah yang bisa kita petik yaitu dapat mengubah pribadi kita menjadi versi yang lebih baik dan lebih mencintai bumi”.
Muhammad Qowiyul Amin menambahkan jika sudah rindu dengan aktivitas kampus, semoga wabah covid-19 segera hilang, semua orang bisa beraktivitas secara normal, bisa kuliah di kampus lagi secara tatap muka, praktikum lagi secara langsung dan tentunya bertemu teman teman kampus kembali.
Menurut Bapak Agus supriadi, M.Pd, orang tua dari Nabila Syahida Prajna Paramita (mahasiswi S1 angkatan 2019), model pembelajaran daring (online) bisa dilakukan di rumah dan lebih santai, menyenangkan, fleksibel, efisien, singkat, praktis, cepat, tepat, aman, mudah, hemat waktu, dan hemat tenaga.
Wakil Dekan bidang Akademik dan Kemahasiswan Prof Dr rer nat Triana Hertiani menyampaikan bahwa Fakultas Farmasi UGM memanfaatkan moment pembelajaran daring ini untuk membangun atmosfer akademik yang kondusif bagi sivitas akademika untuk lebih tangguh, adaptif dan menjadi leader dalam digital society. “Terkait permasalahan beban kuota internet yang sempat dikeluhkan beberapa mahasiswa, fakultas didukung alumni telah memberikan bantuan kuota internet untuk 142 mahasiswa S1 dan 78 mahasiswa PSPA untuk tahap I, sedangkan tahap II dijadwalkan dapat diberikan sebelum UAS dilaksanakan”, tambah Triana. Pengelola Prodi S1 Farmasi berharap kuliah dalam jaringan ini menjadi solusi yang terbaik dan tepat bagi pelaksanaan kegiatan akademik, dan berharap mahasiswa dan dosen bisa menikmati perkuliahan dalam jaringan ini. (Humas FA/AEN)
Model pembelajaran online ..lebih mudah..anak anak bisa belajar di rumah..lebih santai..kami jg kadang jadi ikut belajar bareng…tapi susahnya krn kami di rumah menggunakan fasilitas wifi tiba tiba saat kuliah online..listriknya mati…wow …..
Terimakasih para pengajar farmasi ugm ibunyaSyifa Aulia.Oktaviani angkatan 2018 bisa memantau langsung perkuliahan anak di rumah dengan segala keterbatasannya alkjamdulillah wifi telkom.lancar