Yogyakarta. Dengan diumumkannya oleh Presiden Jokowo bahwa Pemerintah telah membeli obat untuk COVID-19 yaitu Klorokuin dan Avigan (Favipirafir), sontak banyak masyarakat menanyakan tentang obat tersebut bahkan akan membeli untuk disimpan. Obat Avigan memang tidak tersedia di Indonesia karena merupakan obat yang relative baru. Sedangkan klorokuin, memang sudah lama ada, karena ditujukan untuk pengobatan malaria dan penyakit autoimun seperti lupus atau rematoid artritis. Apotek-apotek kewalahan ditanyai tentang obat klorokuin, di sisi lain ada juga yang menjual via online. Kedua obat tersebut termasuk kategori obat keras bro, dan Jangan diminum sembarangan. Mari kita bahas mengapa tidak boleh sembarangan mengkonsumsi klorokuin.
Apa itu klorokuin?
Klorokuin adalah obat antimalaria yang juga digunakan sebagai imunosupresan pada terapi penyakit autoimun, yang ternyata juga memiliki efek antiviral. Selama pandemi COVID-19, obat ini telah dipakai di beberapa negara sebagai salah satu terapinya, misalnya di China, Malaysia, India, dll. Secara farmakologi, obat ini memang memiliki kemampuan untuk menghambat masuknya virus ke dalam sel dengan cara berikatan dengan reseptor selular ACE2 yang merupakan “pintu masuk”-nya virus SARS-CoV. Dengan ikatannya itu maka akan menghambat ikatan virus dengan reseptornya dan mencegah masuknya virus. Selain itu, untuk virus yang sudah masuk ke dalam sel, klorokuin dengan sifat basanya juga dapat menembus sel dan menyebabkan sel bersifat basa. Sifat basa ini menghambat replikasi sel karena untuk replikasi sel diperlukan suasana lebih asam. Dengan demikian klorokuin dapat memiliki efek antiviral.
Bagaimana cara pakainya?
Menurut beberapa panduan yang diterbitkan di beberapa negara yang menggunakan klorokuin untuk COVID-19, obat ini digunakan dengan dosis 500 mg 2 kali sehari untuk pasien yang telah positif virus corona selama kurang lebih 10 hari. Obat ini harus digunakan dengan pengawasan dokter, karena obat ini juga bisa menyebabkan beberapa efek samping. Dengan pengawasan dokter maka efek samping dapat dicegah atau dikendalikan. Obat ini termasuk golongan obat keras dengan logo lingkaran merah, dan hanya boleh dibeli dengan resep dokter.
Apa efek samping klorokuin ?
Efek samping klorokuin bisa terjadi dalam waktu segera maupun jangka waktu yang lama jika klorokuin dikonsumsi. Efek sampingnya pun bisa bersifat ringan sampai berat. Beberapa efek samping ringan yang dapat terjadi dengan penggunaan klorokuin antara lain adalah : sakit kepala, kehilangan nafsu makan, diare, gangguan lambung, sakit perut, gatal, rambut rontok dan perubahan mood. Adapun efek samping berat yang bisa terjadi dan Anda sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter atau Apoteker adalah jika terjadi: penglihatan kabur, seperti melihat kilatan cahaya, gangguan penglihatan (seperti huruf hilang saat membaca, penglihatan berkabut, obyek terlihat separuh), telinga berdenging, kelemahan otot, muntah, denyut jantung tidak teratur, sampai kejang dan kesulitan bernafas (https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a682318.html). Memang tidak semua efek samping ini pasti terjadi, tetapi setiap orang berisiko mengalami efek samping tersebut. Terjadinya efek samping juga dipengaruhi oleh dosis maupun berapa lama obat digunakan.
Kapan klorokuin digunakan? Bolehkah untuk pencegahan infeksi virus?
Walaupun secara farmakologi berdasarkan uji pada kultur sel klorokuin bisa menghambat masuknya virus ke dalam sel, tetapi pada prakteknya obat ini bukanlah untuk terapi pencegahan COVID-19. Penggunaan obat harus mempertimbangkan risiko dan manfaatnya. Pada pasien dengan positif COVID-19, manfaatnya akan lebih besar daripada risikonya, karena jelas-jelas sudah ada virus SARS-CoV2 di dalam tubuh pasien, dan diharapkan obat ini bisa membantu menghentikan penggandaan virus. Adapun efek sampingnya, jika digunakan dengan pengawasan dokter serta diatur secara tepat dosis dan durasinya, dapat diminimalkan. Tetapi untuk yang masih sehat, belum ada indikasi terinfeksi virus, mulai kapan dan sampai berapa lama Anda akan menggunakan? Seberapa manfaatnya karena belum tentu ada virusnya dalam tubuh Anda ? Alih-alih bermanfaat, Anda malah akan mendapatkan risiko efek samping karena jelas-jelas obatnya sudah Anda konsumsi. Jadi masih mau ikut-ikutan latah mengkonsumsi klorokuin apalagi sampai menimbun dan menyimpan dalam jumlah banyak?
Lalu bagaimana untuk mencegah infeksi virus corona?
Pada dasarnya virus dapat dieliminasi oleh sel-sel imunitas kita. Sehingga sangat dianjurkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dengan berbagai cara. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, tidur cukup, olah raga cukup, berjemur di sinar matahari sekitar 15 menit antara jam 10-13, jangan stress. Dan yang penting lagi adalah mencegah penularan virus dengan tetap menjaga jarak aman dengan orang lain (social distancing), rajin cuci tangan (bisa dengan sabun dan air), menggunakan masker jika diperlukan, dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa semoga kita terhindar dari infeksi virus corona.
Himbauan kepada sejawat di Apotek
Mohon teman-teman sejawat di Apotek, jika ada masyarakat yang akan beli klorokuin secara bebas tanpa resep dokter tidak perlu dilayani. Tolong bisa diedukasi bahwa klorokuin bukan untuk pencegahan COVID-19. Jika belum ada infeksi virus, risikonya akan lebih besar daripada manfaatnya.
Penulis : Prof. Dra. apt. Zullies Ikawati, PhD (Guru Besar Farmasi UGM, Ketua Program Studi Magister Farmasi Klinik, Farmasi UGM)