Dikabarkan oleh Republika, sebanyak 2.500 gelas jamu disiapkan oleh panitia untuk pengunjung Plaza Pasar Ngasem pada Sabtu (17/2). Dengan adanya ribuan gelas jamu di acara bertema “Mbok Jamu Jaman Now” ini, Dewan Pengurus Daerah Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (DPD PUTRI) selaku panitia pelaksanaan berharap untuk dapat memasyaratkan kembali budaya minum jamu yang sudah mulai luntur. Ada belasan racikan jamu yang disediakan, diantaranya beras kencur, kunir asem, paitan, secang, serbat, temulawak, dan bir plethok yang dapat dinikmati oleh masyarakat umum.
Dengan menggaet para pembuat jamu lokal, Festival Minum Jamu diharapkan dapat menjadi media pertumbuhan ekonomi kreatif di Yogjakarta. Tentu kesempatan ini dimanfaatkan oleh Fakultas Farmasi UGM untuk turut berpartisipasi meramaikan dan mensosialisasikan produk-produk bahan alam yang bersifat lokal seperti jamu. Bukan tanpa alasan, bahkan materi mengenai jamu dengan sengaja dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di Farmasi UGM. Ini merupakan bentuk keseriusan UGM dalam mengangkat potensi obat-obatan tradisional seperti jamu agar lebih dikenal secara luas.
Bersaing dengan berbagai produk minuman kekinian, jamu memang memang harus terus berinovasi baik dari resep maupun pengelolaannya. Jika Negara Perancis dapat menjadi pusat minuman anggur, tentu bukan hal yang mustahil jika nantinya Indonesia, khususnya Yogjakarta dapat menjadi pusat pembuatan obat tradisional melalui Jawa. Melihat potensi ini, diharapkan kedepannya, instansi-instansi pendidikan kefarmasian dan masyarakat secara umum dapat bersinergi untuk mengembangkan alternatif sediaan obat-obatan dari bahan alam, seperti jamu ini. (Yeny/ Humas FA)