Industri farmasi di Indonesia sampai saat ini masih tertinggal dengan kemajuan industri farmasi di luar negeri. Penyebab tertinggalnya industri farmasi Indonesia itu antara lain karena masih banyak penelitian berbasis kimiawi dan bioteknologi di tingkat perguruan tinggi yang belum dikembangkan pada skala industri. Selain penelitian yang minim dan baru pada skala perguruan tinggi untuk bahan sintetik obat-obat kimia itu saat ini masih banyak yang diimpor dari luar negeri.
“Bahan sintetik kimia obat-obatan hampir 90% masih kita impor sehingga menjadi kendala. Selain itu banyak penelitian yang berbasis kimia maupun bioteknologi saat ini masih terbatas pada skala perguruan tinggi dan belum dikembangkan di dunia industri,”papar Direktur Utama PT.Kimia Farma (Persero) Tbk, Syamsul Arifin, pada sambutannya usai penandatanganan nota kesepahaman bersama dengan Rektor UGM Prof.Ir.Sudjarwadi, M.Eng.Ph.D di R.Sidang Pimpinan UGM, Jumat (16/12).
Syamsul mengakui dari tahun ke tahun perkembangan obat-obatan di Indonesia terus berkembang pesat. Mulai dari obat yang berbasis herbal, kimia, bioteknologi bahkan stem cell (sel punca). Agar tidak tertinggal dengan perkembangan IPTEK PT. Kimia Farma menurut Syamsul juga terus mengikuti perkembangan dan kemajuan industri obat-obatan di dunia. Bahkan pihaknya telah mengekspor kina ke beberapa negara sebagai obat modern penyakit malaria.
“Jika dilihat siklusnya nampaknya penyakit malaria bisa kembali lagi sehingga kita kembangkan kina ini bahkan diekspor,”urai Syamsul.
Dengan kerjasama yang dijalin dengan UGM, Syamsul juga berharap akan lebih banyak lagi penelitian terkait kimia maupun obat-obatan yang bisa dikembangkan pada dunia industri sehingga akan bermanfaat bagi masyarakat.
Sementara itu Rektor UGM Prof.Ir.Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D dalam sambutannya juga menyambut baik kerjasama yang dijalin dengan PT.Kimia Farma Tbk. Persoalan kesehatan menurut Sudjarwadi akan selalu menjadi hal yang penting seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dunia. Harapannya melalui kerjasama ini UGM ke depan akan lebih baik lagi dalam memberikan pelayanan termasuk berkontribusi di bidang kesehatan.
“Misalnya di tahun 2050 mendatang persoalan kesehatan tentu menjadi hal yang sangat penting seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dunia yang bisa mencapai 350 juta jiwa. UGM berharap akan semakin baik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat termasuk di bidang kesehatan,”tutur Sudjarwadi.
Usai penandatanganan nota kesepahaman bersama itu acara kemudian dilanjutkan dengan tukar menukar cinderamata dan ramah-tamah. Nampak hadir dalam acara itu Wakil Rektor Senior Bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Prof. Dr. Retno Sunarminingsih, Apt., M.Sc., Ketua LPPM UGM Prof. Dr. Techn. Ir. Danang Parikesit, M.Sc., Dosen Farmasi UGM Prof. Dr. Edy Meiyanto, M.Si., Apt. serta dosen Teknik Mesin dan Industri UGM, Ir. Alva Edy Tontowi, M.Sc., Ph.D.
Sumber : Portal UGM