Farmasi UGM. Deksametason kembali mengguncang dunia setelah para peneliti di Inggris mengumumkan adanya kesembuhan pasien Covid-19 yang diberikan terapi standar Covid-19 ditambah dengan pemberian deksametason dosis rendah hingga sedang (6 mg/hari) selama 10 hari. Pasien yang mengalami kesembuhan sebanyak 2100 adalah pasien Covid-19 yang mendapatkan terapi oksigen atau menggunakan ventilator (pasien Covid-19 berat atau kritis). Di situs majalah Nature, deksametason tidak akan berefek jika diberikan pada pasien Covid-19 ringan (Ledford, 2020). Sesungguhnya, penggunaan kortikosteroid lain juga sudah biasa digunakan pada Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) oleh para klinisi, walaupun bukan deksametason. Kortikosteroid yang digunakan adalah metil prednisolone (MP) 2 mg/kg selama 32 hari (Meduri dkk, 1998; Steinberg dkk, 2006) atau hidrokortison injeksi 100 mg/24 jam selama minimal 3 hari (Anonim, 2020). ARDS merupakan salah satu manifestasi infeksi Covid-19 pada tahap berat hingga kritis, sehingga pasien memerlukan terapi oksigen bahkan ventilator. Penggunaan kortikosteroid apakah metil prednisolon, hidrokortison ataupun deksametason harus digunakan di bawah pengawasan dokter secara ketat mengingat efek samping yang ditimbulkan sangat berbahaya.
Deksametason adalah obat keras golongan kortikosteroid yang telah lama dipergunakan untuk penanganan alergi serta penyakit autoimun seperti rematik dan Lupus Eritematosus Sistemik (LES), kanker, nyeri dan mual muntah paska operasi, penyakit insufisiensi adrenal (Addison’s disease), serta penyakit Cushing. Selain itu deksametason memiliki efek anti radang yang sangat kuat (Tabel 1.) karena mampu menghambat enzim fosfolipase yang berperan dalam terjadinya radang, serta menghambat pelepasan vasoaktif dan factor kemoatraktif serta factor lain yang berperan dalam peradangan yaitu interleukin (IL-1, IL-2, IL-3, IL-6) dan TNF-α (Crown & Lightman, 2005). Deksametason juga sering disalahgunakan yaitu ditambahkan pada jamu tradisional untuk pegal linu tanpa memperhitungkan dosis deksametason yang ditambahkan, sehingga dikenal oleh masyarakat sebagai jamu pegal linu yang manjur. Jamu seperti ini merupakan jamu yang illegal karena membahayakan masyarakat dan dilarang diperjualbelikan.
Tabel 1. Perbandingan beberapa kortikosteroid (Anonim, 2011).
Obat | Potensi anti radang | Waktu paruh biologi (jam) |
Kortisol | 1 | 8-12 |
Prednison | 4-5 | 18-36 |
Prednisolon | 4-5 | 18-36 |
Metil prednisolon | 5 | 18-36 |
Triamsinolon | 5 | 18-36 |
Betametason | 25-30 | 36-54 |
Deksametason | 25-30 | 36-54 |
Tinjauan nasib obat daam tubuh, kortikosteroid bertahan lama di dalam tubuh, khusus deksametason jauh lebih lama yaitu hingga 54 jam. Oleh karena itu penggunaan deksametason harus dalam pemantauan dokter mengingat efek samping yang terjadi sangat berbahaya. Efek samping yang terjadi pada pemakain deksametason terjadi akibat dari efek yang memang dimiliki oleh deksametason yaitu efek metabolic dan katabolic pada tulang, otot, jaringan ikat, saraf, saluran pencernaan, pertumbuhan dan paru-paru. Pada table 2. Terdapat efek samping yang sering dialami oleh pengguna kortikosteroid termasuk deksametason jika digunakan dalam waktu jangka panjang, atau dosis yang besar.
Tabel 2. Efek samping yang sering ditemui pada pemakaian kortikosteroid (Anonim, 2011)
Sistem organ | Efek samping |
Tulang | Pengeroposan tulang, gangguan otot |
Saluran pencernaan | Ulkus peptikum/radang lambung, radang pancreas, perlemakan hati |
Imun | Penurunan fungsi imun |
Jantung dan pembuluh darah | Hipertensi, gangguan irama jantung, penumpukan plak di jantung |
Mata | Glukoma, katarak |
Kulit | Tumbuhnya banyak bulu, atrofi kulit, jerawatan, penumpukan jaringan lemak di bahu dan wajah |
Hormon | Diabetes, peningkatan berat badan, gangguan hormone reproduksi |
Perilaku | Sulit tidur, gangguan kejiwaan, gangguan ingatan dan emosi |
Kesimpulan
Sebagai kesimpulan sebagai bahan rekomendasi, mengingat efek samping yang sangat berbahaya, maka penggunaan deksametason harus diawasi secara ketat oleh dokter. Masyarakat jangan membeli deksametason tanpa resep dokter, sebagaimana saat ini deksametason tablet maupun injeksi sudah diperjual belikan secara online melalui situs-situs belanja online. Untuk pengobatan Covid-19, deksametason hanya diberikan pada kasus Covid-19 berat dan kritis yang dirawat di rumah sakit. Masyarakat tidak perlu ikut-ikutan konsumsi deksametason jika tidak ingin mengalami efek samping yang berbahaya. Jika orang sehat konsumsi deksametason malah daya tahan tubuh turun sehingga mudah terkena infeksi apa saja termasuk Covid-19.
Penulis : apoteker Ika Puspitasari, M.Si., Ph.D.
Daftar Pustaka
Anonim, 2011, Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik, Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia.
Anonim, 2020, Protokol Tata Laksana Covid-19, Protokol oleh PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI.
Crown A, Lightman S, 2005, Why is the management of glucocorticoid deficiency still controversial: a review of the literature, Clinical Endocrinology, 63(5):483–92.
Ledford H, 2020, Coronavirus breakthrough: dexamethasone is first drug shown to save lives, Nature, https://www.nature.com/articles/d41586-020-01824-5
Meduri GU, Headley AS, Golden E, Carson SJ, Umberger RA, Kelso T, Tolley EA, 1998, Effect of prolonged methylprednisolone therapy in unresolving acute respiratory distress syndrome: a randomized controlled trial, JAMA, 280(2):159-65
Steinberg KP, Hudson LD, Goodman RB, Hough CL, Lanken PN, Hyzy R, Thompson BT, Ancukiewicz M, 2006, National Heart, Lung, and Blood Institute Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) Clinical Trials Network. Efficacy and safety of corticosteroids for persistent acute respiratory distress syndrome, N Engl J Med, 354(16):1671-84.
Sumber Foto : suara.com