Farmasi UGM – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tahun ini genap berusia setengah abad, dan tetap berkomitmen untuk membudayakan iptek ditengah masyarakat. Salah satunya melalui kegiatan Anugerah Jurnalistik dan Literasi Sains LIPI 2017 bekerjasama dengan Masyarakat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Mengangkat tema “Kontribusi Ilmu Pengetahuan untuk Masa Depan Berkelanjutan”, diharapkan kegiatan ini mampu melahirkan sainstis muda untuk berkarya untuk kemajuan Indonesia. lomba ini terdiri dari tiga kategori yakni lomba artikel kategori wartawan, lomba artikel kategori masyarakat umum, dan lomba fotografi untuk fotografer.
Fakultas Farmasi UGM, Fitriana Hayyu Arifah dari Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) Farmasi UGM turut serta dalam kegiatan tersebut dengan mengusungkan ide pengembangan pembuatan garam dengan kombinasi teknologi geomembran dan heat reservoir. Ide ini berangkat dari kondisi garam bahan baku untuk konsumsi yang semakin langka dan peralihfungsian garam bahan baku untuk industri menjadi garam bahan baku untuk konsumsi. “Apalagi isu tentang garam palsu yang dicampur kaca, batu lintang, dan tawas cukup meresahkan masyarakat kita,” ungkap Fitriana. Belum lagi adanya kendala seperti gangguan cuaca sehingga tidak memenuhi standar SNI dimana garam konsumsi mengandung komponen Natrium Klorida (NaCl) minimal 94,7% dan maksimal 97% serta kadar yodium 30-80 ppm.
Teknologi geomembran mampu memberikan garam dengan kualitas yang lebih baik dibanding metode konvensional karena air laut sebelum masuk ke dalam meja kristalisasi sudah dilakukan filterisasi dengan menggunakan ijuk sapu, batok kelapa, dan batu zeolit. Akan tetapi, metode geomembran ketika malam hari tidak dapat berlansung dengan baik karena tidak ada energi matahari. Metode geomembran dapat diinovasikan dengan teknologi heat reservoir (penyimpanan energi/ panas) sehingga ketika malam hari masih terjadi proses evaporasi (penguapan). Gabungan teknologi ini diharapkan mampu meningkatkan efektifitas produksi garam, murah, dan berkelanjutan untuk masa depan serta membutuhkan dukungan dari pemerintah dalam skema kebijakan nasional swasembada garam.
Ide inilah yang kemudian mengantarkan Fitriana menerima penghargaan sebagai Juara 3 dalam Anugerah Jurnalistik dan Literasi Sains LIPI 2017 kategori Masyarakat Umum yang diserahkan oleh Plt. Kepala LIPI Prof. Dr. Bambang Subiyanto. Dengan mempertimbangkan berbagai hal, kemudian dewan juri memutuskan tidak ada juara satu dan dua, namun hanya Juara 3 saja, padahal sebelumnya ada 67 naskah dari 33 penulis. Secara keseluruhan, acara yang dihadiri oleh Menristekdikti, Ketua Komisi VII DPR RI, Pemenang LIPI SBIIA Kategori Life Science (PT. Kalbe Farma), Pemimpin Redaksi Kompas, dan Duta Informasi Ilmiah LIPI yaitu Rieke Dyah Pitaloka berlangsung dengan cukup baik. (Fitriana)