Farmasi UGM – Pengembangan obat nasional merupakan salah satu prioritas pemerintah Indonesia. Bila obat-obatan dapat diproduksi sendiri di dalam negeri maka hal ini akan mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu, obat-obatan juga dapat disediakan dengan harga yang lebih murah sehingga mengurangi beban asuransi kesehatan nasional secara umum. Untuk suatu produk obat baru dapat dipasarkan, obat ini harus melalui berbagai pengujian, salah satunya adalah uji bioavailabilitas dan bioekuivalensi (BABE). Pengujian ini diperlukan untuk memastikan ketersediaan hayati obat di dalam tubuh saat obat tersebut diberikan, utamanya melalui saluran cerna (diminum), dimana rute administrasi ini merupakan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Namun, berbagai macam permasalahan ketersediaan hayati ini seringkali dihadapi oleh departemen penelitian dan pengembangan pada industri farmasi, mulai dari aspek penelitian, pengujian, dan perizinannya.
Untuk berkontribusi pada penyelesaian masalah ini, Fakultas Farmasi UGM khususnya Laboratorium Farmasi Fisik, Departemen Farmasetika, menyelenggarakan webinar internasional bertajuk ‘The 1st webinar on physical pharmacy and biopharmaceutics: BABE studies, a revisit on the aspects of Physical Pharmacy and Biopharmaceutics’. Webinar ini menghadirkan tiga pembicara dari berbagai institusi, yaitu Prof. Dr. Donald W. Miller dari Departemen Farmakologi dan Terapi, Universitas Manitoba Kanada, Drs. apt. Victor Siringoringo dari PT Deltomed, dan Prof. Dr. apt. Akhmad Kharis Nugroho, M.Si. dari Fakultas Farmasi UGM. Pada acara pembukaan oleh Dekan Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. apt. Agung Endro Nugroho, M.Si. menyampaikan bahwa acara webinar ini mendukung kerangka kerja Fakultas Farmasi UGM yang sejak tahun 2017 telah memiliki laboratorium pengujian BABE yang terakreditasi nasional.
Pada sesi seminar, Miller menyampaikan berbagai halangan yang harus dihadapi suatu obat untuk dapat mencapai target dan berefek farmakologis. Pada sesi kedua, pembicara Victor menyampaikan berbagai pengalaman teknis di industri farmasi untuk pengembangan suatu obat pada uji BABE, beserta berbagai standar regulasi yang harus dipenuhi. Terakhir, Kharis menyampaikan berbagai metode modeling berbasis populasi yang dapat digunakan dalam translasi obat kaitannya dalam studi bioavailabilitas dan bioekuivalensi.
Webinar ini tergolong sukses, dengan tercatat sebanyak 855 peserta yang berpartisipasi hingga mengikuti post test untuk memperoleh 2 SKP dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI). Webinar ini diselenggarakan melalui dua platform secara paralel, yaitu melalui Zoom Webinar dan Youtube Live oleh Kanal Pengetahuan Fakultas (KPF) Farmasi UGM. Hingga saat berita ini ditulis, webinar melalui Youtube telah ditonton hingga sebanyak 2400 kali, menunjukkan atensi yang tinggi dari masyarakat farmasi Indonesia pada topik BABE dalam pengembangan obat ini, bahkan setelah webinar telah selesai. Diharapkan hasil dari diskusi dalam webinar ini dapat terus dimanfaatkan sebagai salah satu acuan pengetahuan dan wawasan bagi masyarakat. (Adhyat/HumasFAUGM)