Farmasi UGM – Kamis (25/7), Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) mengadakan pertemuan di Auditorium Lantai 8 bersama dengan Dewan Jamu Indonesia. Pertemuan ini berfokus pada pembahasan terkait pengenalan jamu kepada generasi milenial untuk menjembatani kesenjangan antara praktik herbal tradisional dan konsumerisme modern.
Pertemuan dimulai dengan inisiatif unik yang diperkenalkan oleh Fakultas Farmasi yaitu minum jamu di kafe jamu “Acaraki GAMA”. Kafe ini merupakan kafe jamu pertama dan satu-satunya di institusi pendidikan tinggi, dirancang untuk memberikan pengalaman yang mudah diakses dan menyenangkan bagi mahasiswa untuk mengeksplorasi manfaat jamu. Prof. Dr. apt Satibi, M.Si, Dekan Fakultas Farmasi, menekankan bahwa kafe ini merupakan upaya untuk memperkenalkan jamu kepada kalangan milenial. “Selain menu yang disesuaikan dengan minat kalangan milenial, proses pembuatan menu jamu kekinian dilakukan secara langsung dengan alat-alat modern, layaknya membuat menu kopi yang saat ini marak di kalangan millennial,” tambahnya.
Selama acara, peserta menikmati sesi minum jamu bersama, yang berfungsi sebagai pertemuan sosial sekaligus platform untuk mendiskusikan masa depan jamu. Prof. Dr. dr. Nyoman Kertia SpPD-KR, Ketua Dewan Jamu Indonesia, menyoroti komitmen Dewan Jamu Indonesia untuk mengadakan pertemuan seperti ini secara rutin guna membahas perkembangan jamu. Ia menekankan perlunya memastikan bahwa produk jamu tetap dapat diakses dan menarik bagi semua kalangan, terutama kaum muda. “Kafe jamu di Farmasi UGM ini bagus, sejalan dengan tujuan Dewan Jamu Indonesia untuk bisa membawa jamu diterima masyarakat. Kedepannya, kami berharap di kampus lain bisa punya kafe seperti ini,” ungkapnya.
Sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 3 dan 4, inisiatif ini bertujuan untuk mempromosikan obat-obatan yang terjangkau melalui pengenalan ramuan herbal yang efektif dan bermanfaat bagi kesehatan. Dengan membuat jamu lebih mudah diakses, proyek ini sejalan dengan tujuan untuk memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan bagi semua usia. Lebih lanjut, pertemuan ini menekankan pentingnya pendidikan dasar dalam meningkatkan kesadaran tentang manfaat jamu seperti adanya pendidikan dan lokakarya untuk mengenalkan signifikansi historis dan budaya jamu, serta manfaat kesehatannya.
Di akhir acara, para peserta menyatakan antusiasme tentang potensi jamu untuk menjadi bagian penting dalam kehidupan milenial. Kolaborasi antara Farmasi UGM dan Dewan Jamu Indonesia menandai langkah penting dalam menghidupkan kembali minat terhadap pengobatan tradisional, memastikan bahwa jamu tetap relevan di dunia yang serba cepat saat ini. (Zahra/Humas)