Farmasi UGM – Masyarakat Indonesia yang masih kental akan budaya tradisionalnya memang memiliki daya tarik tersendiri. Ditambah pula dengan banyak macam tanaman di negara ini membuat masyarakat menjadi semakin kreatif dalam mengolah keberagaman hayati yang ada. Sebut saja jamu. Salah satu pengobatan tradisional khas Indonesia yang sudah ada sejak dahulu kala. Selain pengobatan tradisional, jamu juga dikenal sebagai rahasia kecantikan wanita-wanita bangsawan pada masanya.
Tidak dipungkiri, saat ini kepopuleran jamu mulai tergantikan oleh obat modern. Padahal, komposisi jamu yang terdiri dari bahan-bahan alami menawarkan efek samping minimal. Oleh karena itulah, minuman ini sudah selayaknya harus dilestarikan oleh masyarakat Indonesia. Bukan itu saja, pelestarian jamu juga dapat mengembangkan beberapa sektor lain, diantaranya ilmu pengetahuan, ekonomi, budaya, dan masih banyak lagi.
Berangkat dari hal tersebut, tahun ini Fakutas Farmasi UGM kembali mengadakan Summer Course dengan tema jamu. Tema ini dipilih karena walaupun semua orang mengetahui jamu, tapi tidak semua orang mengenal jamu secara ilmiah. “Jamu, kita pilih sebagai representatif pengobatan asli Indonesia”, ungkap Prof. Dr. Agung Endro Nugroho selaku Dekan Farmasi UGM pada acara pembukaan Summer Course 6 Agustus 2018.
Head Office of International Affairs UGM, Dr. I Made Andi Arsana, Ph.D yang saat itu juga turut diundang mengatakan bahwa terkait pelestarian jamu, Universitas Gadjah Mada sebagai instansi pendidikan merasa perlu untuk memberikan edukasi mengenai jamu kepada masyarakat global. Melalui kegiatan Summer Course yang diadakan oleh Farmasi UGM, Made berharap bahwa jamu dapat dijual baik manfaat, ilmu, serta sejarahnya. “Jangan percaya pada media, coba dan pelajari jamu lebih dekat”, pesan Made pada seluruh peserta Summer Course.
Tahun ini, Summer Course yang diadakan oleh Fakultas Farmasi UGM diikuti oleh 24 peserta dari berbagai negara, diantaranya Malaysia, Mesir, Belanda, Taiwan, dan Jepang. Ada beberapa poin utama yang akan disampaikan pada peserta melalui kegiatan ini, yaitu pengetahuan mengenai jamu sebagai minuman kesehatan tradisional Indonesia, komposisi dan cara pembuatannya, jamu yang dilihat dari kaca mata ilmu pengetahuan, pemanfaatan jamu sebagai pengobatan alternatif, serta perkembangan industri jamu itu sendiri. Poin-poin tersebut terangkum dalam satu jargon utamanya, “Translating Jamu, Indonesian Herbal Medicine: from Ancient Knowledge to Evidence – Based Medicine”.
Ada beberapa profesor baik dari Indonesia maupun luar negeri yang diundang untuk memberikan kuliah umum pada peserta Summer Course, antara lain Prof. Gerard Bodeker dari Malaysia, Prof. Mercedes Planta dan Dr. Fabian Dayrit dari Philipina, Prof. Sukanya Dej-Adisai dari Jerman, serta Dr. Christophe Wiart dari Malaysia. Nantinya, pada rangkaian kegiatan tanggal 5-18 Agustus 2018 tersebut, peserta akan diajak untuk melihat jenis-jenis jamu dan pengolahannya dari yang tradisional hingga modern, dan keliling ke beberapa tempat di Jawa Tengah. (Humas FA/ Yeny P)