Yogyakarta. Fakultas Farmasi UGM menampilkan konsep jamu-jamu gendong pada Festival Batik Nusantara dan Obat-Pengobatan Tradisional. Acara tersebut diselengarakan oleh Dharma Wanitia Persatuan UGM bekerja sama dengan Dewan Guru Besar UGM, berlangsung tanggal 9-11 Desember 2019 di Gedung Grha Sabha Pramana dengan Tema “Obat dan Pengobatan Tradisional untuk Melestarikan Budaya Nusantara”. Acara dibuka secara resmi oleh Rektor Universitas Gadjah Mada, dilanjutkan dengan peninjauan pameran Festival Batik Nusantara dan Obat-Pengobatan Tradisional.
Acara tersebut menyajikan dua kegiatan yaitu sarasehan dan festival. Sarasehan bertujuan meningkatkan wawasan dan peahaman masyarakat mengenai obat tradisional dan herbal, terutama bagaimana pemanfaatan potensi obat tradisional dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Sarasehan tersebut memberikan penekanan atas kebijakan dan komitmen UGM dan Pemerintah mengenai obat dan pengobatan tradisional, serta pemaparan obat dan pengobatan tradisional dalam rangka pengobatan formal. Sedangkan festival menekankan untuk pengenalan kembali obat tradisional kepada masyarakat terutama keberagaman tanaman obat, jamu, manfaat dan khasiatnya serta bagaimana memperkuat budaya menaman dan budidaya obat tradisional.
Pada kesempatan tersebut, Fakultas Farmasi UGM menampilkan konsep jamu-jamu gendong yang disajikan secara tradisional. Di samping menyajikan konsep jamu gendong, stand farmasi juga menampilkan beberapa penelitian-penelitian terkini tentang tanaman obat. Penyajian konsep jamu gendong ini juga mendukung upaya pelestarian atau “nguri-nguri” budaya lokal. Jamu gendong merupakan jamu yang diproduksi secara rumahan, dan proses penjualan atau pemasarannya dilakukan dengan memasukan hasil olahan jamu tersebut ke dalam botol-botol. Kemudian, botol-botol tersebut dimasukan dalam bakul dan digendong oleh penjual jamu yang biasanya menggunakan pakaian tradisional lokal. Jenis jamu gendong yang dijual antara lain beras kencur, kunir asem, temulawak, cabe puyang, uyup-uyup, pahitan (bahan baku dasar dari jamu pahitan adalah sambiloto). “Kita perlu melestarikan jamu sebagai warisan nenek moyang, sebuah waridan budaya tradisional yang menjadi dasar penguatan kesehatan masyarakat,” Ungkap Dr Indah Purwantini, Ketua Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi UGM. (Humas FA)