Farmasi UGM – Aplikasi Literasi Jamu Digital yang dikembangkan oleh tim dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta berhasil dilakukan softlaunching pada Selasa (14/11) Yogyakarta Marriott Hotel. Peluncuran aplikasi Literasi Jamu Digital dilaksanakan bersamaan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-59 yang diperingati setiap tanggal 12 November. Softlaunching Literasi Jamu Digital dilakukan oleh Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Asisten Pemberdayaan Sumber Daya Masyarakat Direktur Kementerian Kesehatan RI, Wakil Gubernur D.I. Yogyakarta, Dekan Fakultas Farmasi UGM, dan Kepala Dinas Kesehatan D.I. Yogyakarta.
Transformasi kesehatan adalah sebuah strategi dan upaya untuk mengakselerasi capaian pembangunan kesehatan dan menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih efektif dan efisien. Tema pada HKN tahun ini mengusung salah satu dari enam pilar transformasi kesehatan tersebut, yaitu tema Transformasi Kesehatan untuk Indonesia Maju dengan subtema Integrasi Kesehatan Tradisional dalam Mendukung Transformasi Kesehatan. Dalam hal ini program yang dilakukan salah satunya adalah upaya digitalisasi jamu.
Digitalisasi jamu dilakukan untuk mendokumentasikan jamu yang merupakan budaya warisan nenek moyang. Digitalisasi juga akan mempermudah tenaga kesehatan maupun masyarakat dalam mempelajari dan menemukan berbagai macam informasi seputar jamu, seperti: proses pembuatan ramuan, alat-alat tradisional dalam pembuatan jamu, resep-resep kuno, serta pemanfaataan jamu untuk pengobatan tradisional dalam upaya menjaga kesehatan sekaligus sebagai upaya melestarikan budaya.
Ketua tim pengembang aplikasi Literasi Jamu Digital sekaligus Dosen Fakultas Farmasi UGM, Dr. rer. nat. apt. Yosi Bayu Murti, M.Si. menyampaikan bahwa adanya aplikasi ini diharapkan dapat memberikan wacana dan pendidikan kepada masyarakat tentang jamu dan pengobatan tradisional Indonesia yang berbasis dari digital knowledge dengan dukungan scientific.
“Pengembangan aplikasi ini tidak hanya berfokus pada obat tradisional, tapi kita juga sudah ada dukungan scientific, terutama masalah kebenaran bahan, karena itu adalah masalah keamanan. Jangan sampai masyarakat salah menentukan jenis bahan obat dan tidak bisa membedakannya, sehingga itu yang menjadi target kita” ujarnya.
Hadirnya literasi jamu digital disambut baik oleh berbagai pihak, terutama Wakil Gubernur DIY dan Ditjen Farmalkes RI yang memberikan dukungan penuh untuk pengembangan lebih lanjut aplikasi ini yang nantinya dapat bermanfaat untuk tenaga kesehatan dan masyarakat luas.
“Hari ini kita sudah softlaunching meskipun dari sisi aplikasi masih pada fase beta, untuk inject datanya masih di bagian kecil untuk siap dipakai, tapi alhamdulillah hari ini berjalan lancar untuk bisa didemokan bahwa ini sudah bisa launching. Rencana akan diletakkan di Sonobudoyo, Taman Pintar atau pada platform museum/gallery jamu sehingga kita menyediakan media interaktif untuk masyarakat” tambah Yosi.
Digitalisasi literasi jamu merupakan transformasi basis data informasi terkait literasi jamu, bahan baku, alat dan cara pembuatan dan bentuk sediaan jamu kedalam bentuk audio-visual interaktif yang dapat di akses oleh masyarakat yang direncanakan tersedia di Museum Sonobudoyo melalui papan interaktif. Sebagai wadah dari basis data informasi tersebut, disediakan aplikasi teknologi informasi interaktif yang mudah dipahami, menarik, dan berisi informasi yang dapat bertumbuh yang disajikan dalam konten-konten utama yaitu Tumbuhan Obat dan Simplisia, Naskah Kuno terkait Jamu, Pembuatan Jamu, dan konten Video terkait Jamu.
Diluncurkannya aplikasi Literasi Jamu Digital menjadi bukti nyata upaya Fakultas Farmasi UGM dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya dalam bidang kesehatan. Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerjasama dan Alumni Fakultas Farmasi UGM, Dr. rer.nat.apt. Nanang Fakhrudin menyampaikan bahwa digitalisasi literasi jamu ini adalah salah satu upaya peningkatan kesehatan masyarakat kaitannya dengan pengenalan digitalisasi jamu tradisioanl agar warisan budaya ini tidak hilang. Hal tersebut relevan dengan tujuan SDGs yaitu kaitannya dengan peningkatan kesehatan masyarakat, mencegah penyakit, dan menjaga kebugaran sesuai dengan tujuan global.
Dekan Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. apt. Satibi, M.Si saat ditemui juga menyampaikan dukungan penuh adanya peluncuran aplikasi ini. Ia berharap adanya digitalisasi akan memudahkan semua masyarakat untuk bisa mengkases kaitannya dengan literasi jamu yang ada di Indonesia.
“Harapannya nanti bisa dikembangkan lagi, tidak hanya base pada website, namun kedepannya bisa lebih global lagi agar bisa diakses lebih luas terkait literasi jamu di UGM, sehingga saya rasa bisa menjadi tagline Fakultas Farmasi UGM untuk pengembangan obat alam dalam hal ini salah satunya adalah jamu” ungkapnya. (Rita/Humas FA)