Setiap mahasiswa yang terdaftar di UGM, khususnya di Fakultas Farmasi diupayakan untuk tidak berhenti. Lebih-lebih hanya karena masalah biaya. Karena, fakultas akan mencarikan beasiswa. Hal tersebut disampaikan Dekan Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Dr Marchaban DESS Apt saat upacara dies natalis Fakultas Farmasi UGM ke-65 di Gedung Grha Sabha Pramana UGM, beberapa waktu lalu (1/10).
Marchaban juga menyampaikan Fakultas Farmasi UGM telah meluluskan 5.733 apoteker, 406 magister, dan 16 Doktor. “Meski sudah banyak lulusan, kita tidak ingin terlena. Karena masih banyak hal yang harus dikembangkan, salah satunya mengenai penjaminan mutu akademik,” kata Marchaban.
Menurutnya, sistem penjaminan mutu akademik di Fakultas Farmasi untuk program S1 didukung pedoman akademik. Pedoman akademik yang dimiliki Fakultas Farmasi UGM adalah Buku Panduan Akademik, Dokumen ISO 9001 : 2008 yang meliputi Panduan Mutu, Prosedur Mutu, dan lnstruksi Kerja.
Dalam kesempatan tersebut, Marchaban juga membacakan sejarah singkat berdirinya Fakultas Farmasi UGM. Ini dimulai tanggal 27 September 1946 di Klaten, di mana saat itu masih bernama Perguruan Tinggi Ahli Obat (PTAO).
Sementara itu, Ketua Panitia dies natalis, Prof Dr Djoko Wahyono SU Apt memaparkan prioritas utama Fakultas Farmasi UGM. Yakni peningkatan riset dan pengabdian terhadap masyarakat dalam bidang pengembangan obat herbal dan suplemen, peningkatan penelitian pada program pascasarjana, dan peningkatan kualitas staf akademik dalam menunjang kegiatan pendidikan dan penelitian di Fakultas Farmasi UGM.
“Contoh konkritnya adalah kerja sama yang dilakukan Fakultas Farmasi UGM dengan KP4 UGM dalam melakukan pemberdayaan petani tanaman obat. Kegiatan ini meliputi pelatihan dan pemberdayaan petani obat melalui KKN PPM, Training of Trainers (ToT), dan pameran produk obat herbal dan kunjungan studi banding ke instansi pengembang obat herbal,” ungkap Djoko.
Sumber : Radar Jogja 5 Oktober 2011