Nunung Yuniarti, peneliti dan dosen dari Fakultas Farmasi UGM, meraih penghargaan dari Henk Timmerman Award di Jakarta kemarin. Penelitiannya pada kunyit (cucurmin) sintesis yang menghasilkan senyawa baru dan dipatenkan, membuat Nunung diganjar hadiah US$ 1.000.
Penghargaan dan hadiah diserahkan bersamaan dengan penyelenggaraan seminar internasional farmakokimia di gedung Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Pembicara kunci adalah Timmerman sendiri, seorang profesor kimia farmasi dari Universitas Vrije di Amsterdam, Belanda.
Nunung mengatakan uang hasil kemenangan itu akan dipakainya untuk melanjutkan penelitiannya. Menurut dia, masih banyak yang harus diteliti dari kunyit sintesis itu, selain menghasilkan senyawa baru yang ternyata anti terhadap rematik.
Selama ini, kata Nunung, kunyit dikenal sebagai tanaman obat yang mengandung antiradang, analgesik alias pengurang rasa sakit dan antioksidan. “Ternyata tanaman ini juga berkhasiat sebagai antirematik” katanya.
Kepala LIPI Prof. Dr. Umar Anggara Jenie mengatakan hadiah itu disponsori sendiri oleh Timmerman. “Tahun lalu dia mengatakan kepada saya bahwa dia ingin menginvestasikan uangnya sebagai penghargaan bagi ilmuwan muda yang melakukan riset terbaik dalam bidang obat-obatan,” ujarnya.
Penghargaan itu akan diberikan saban dua tahun. Tahun ini selain Nunung, ada tujuh peneliti lainnya yang mengajukan penelitian untuk meraih penghargaan.
Timmerman adalah ahli kimia farmasi yang telah menerbitkan sekitar 500 makalah ilmiah dibidangnya. Di Indonesia, Timmerman banyak membantu penelitian farmasi di UGM sejak 1986. Bahkan, sejak 1992, dia menjadi pembimbing mahasiswa doktoral bidang kimia farmasi di UGM, Universitas Airlangga, Universitas Hasanuddin dan Universitas Negeri Yogyakarta.
Sumber : Koran Tempo Juli 2007