Yogyakarta, 23 Juli 2025 – Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menunjukkan bahwa lulusannya mampu berkiprah di panggung dunia dalam berbagai bidang strategis. Salah satu bukti nyata datang dari apt. Gde Yulian Yogadhita, M.Epid. seorang apoteker dan epidemiolog alumni Fakultas Farmasi UGM angkatan 2000, yang membangun karir sebagai konsultan kebijakan kesehatan spesialis mitigasi bencana dan telah mengabdi lebih dari satu dekade di World Health Organization (WHO).
Perjalanan karier Gde Yulian dimulai dari sebuah momen krusial, gempa bumi Yogyakarta pada Mei 2006. Baru saja disumpah sebagai apoteker pada Februari 2006, ia dipanggil menjadi relawan bagi Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI). Pengalaman inilah yang membuka jalannya ke WHO, di mana ia awalnya berperan sebagai konsultan sistem pasokan darurat, mengelola logistik medis dan obat-obatan bencana. Menurutnya, fondasi ilmu yang ia peroleh di Fakultas Farmasi UGM, mulai dari bidang farmasi secara umum hingga manajemen rantai pasok obat, membuatnya menjadi referensi utama dalam timnya.
“Di WHO, saya seperti ‘Google berjalan’ karena bekal ilmu dari Farmasi UGM sangat komprehensif. Saya tidak hanya paham produk, tapi juga seluruh proses dari hulu ke hilir,” ungkap Gde. “Namun, ilmu teknis saja tidak cukup. Stres akibat padatnya praktikum dan laporan justru mendorong saya aktif di organisasi mahasiswa seperti BEM dan Senat Mahasiawa. Di sanalah soft skill saya, terutama manajemen dan komunikasi, terasah. Ternyata, itu adalah investasi terpenting dalam karir saya.”
Kisah Gde menjadi inspirasi unik karena ia membuktikan bahwa Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) bukanlah satu-satunya penentu kesuksesan. Ia berbagi bahwa meskipun lulus dengan IPK yang tidak tergolong tinggi di angkatannya, kombinasi antara keahlian teknis, soft skill, dan penguasaan bahasa Inggris membawanya menjadi salah satu alumni yang berhasil menembus organisasi kesehatan dunia (WHO). Ia berpesan kepada mahasiswa saat ini untuk tidak takut pada perkembangan teknologi, tetapi memanfaatkannya untuk manajemen pengetahuan. “Anda tidak perlu tahu segalanya, tetapi Anda harus tahu di mana mencari informasi yang tervalidasi. Manfaatkan jejaring alumni Farmasi UGM yang sangat kuat,” tambahnya.
Kontribusi alumni seperti Gde Yulian sejalan dengan komitmen Fakultas Farmasi UGM dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Kiprahnya dalam manajemen bencana secara langsung mendukung SDG 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera) dengan memastikan sistem kesehatan tetap tangguh dan akses terhadap obat-obatan yang aman terjamin saat krisis. Kisahnya juga merefleksikan esensi SDG 4 (Pendidikan Berkualitas), di mana Fakultas Farmasi UGM terbukti menghasilkan lulusan yang tidak hanya unggul secara akademis tetapi juga memiliki kecerdasan emosional dan soft skill untuk menjadi pemimpin. Lebih jauh, perannya yang menjembatani berbagai lembaga, mulai dari pemerintah hingga organisasi internasional, merupakan perwujudan SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan), yang menekankan pentingnya kolaborasi untuk membangun dunia yang lebih baik.