Farmasi UGM – Fatiha Citra Effendi, bersama dengan rekan-rekannya, Intan Setyaningrum, Anindya Nasywa, dan Eliana Bella melaksanakan penelitian inovatif terkait potensi biji genitri sebagai terapi pendamping kemoterapi dalam menginduksi apoptosis kanker payudara. Penelitian ini berpartisipasi dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) sebagai lanjutan dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) di Bidang Riset Eksakta yang dibawahi Kemendikbud Ristek. Riset ini didampingi oleh Prof. Dr. Apt. Ratna Asmah M. S., selaku dosen yang mengarahkan pelaksanaan riset. Tentunya, ide yang mendasari riset ini menjadi salah satu upaya kami, para mahasiswa, dalam mendukung penerapan sustainable development goals (SDGs) poin 3, Peningkatan Kesehatan dan Kesejahteraan.
Menurut data Globocan (Global Cancer Observatory), pada tahun 2020 kasus kanker payudara di dunia sebanyak 2,3 juta dengan angka kematian 6,9%. Kondisi ini terjadi ketika sel-sel pada jaringan payudara tumbuh secara tidak normal dan tak terkendali hingga menyerang bagian tubuh lain. “Terapi menarget apoptosis berarti menginduksi kematian sel pada jaringan kanker dan mencegah proliferasi lebih lanjut. Ini menjadi target dari mayoritas obat kanker pada umumnya,” begitu ucap Intan.
Fatiha, selaku ketua tim menyampaikan bahwa pengobatan kanker payudara saat ini melibatkan kemoterapi. Meskipun kemoterapi efektif dalam mengatasi kanker, salah satu risiko utamanya adalah dampaknya terhadap sel-sel normal dalam tubuh. Obat kemoterapi tidak hanya menyerang sel kanker, tetapi juga dapat mempengaruhi sel-sel sehat yang cepat membelah, seperti sel-sel di sumsum tulang, saluran pencernaan, dan folikel rambut.
“Hal inilah yang menumbuhkan gagasan inovatif kami dalam mengembangkan terapi pendamping (ko-kemoterapi) kanker payudara dengan agen herbal yang bersifat less toxic terhadap sel normal,” tutur Fatiha, memperkuat argumennya.
Hal yang unik mengenai riset ini, kami menggunakan albumin terglikasi sebagai sistem delivery guna meningkatkan bioavailabilitas dan selektifitas terapi. “Glycosylated drug delivery dibuat dengan pembuatan kompleks gula dengan albumin, dengan demikian obat akan terakumulasi lebih banyak pada sel kanker sebagai sel yang mengekspresikan transporter gula berlebih,” ujar Intan, selaku penanggungjawab formulasi.
Melalui riset ini mereka berharap agar formula glycosylated drug delivery nanoalbumin dengan ekstrak biji genitri dapat agen menjadi ko-kemoterapi potensial, yang kelak menjadi harapan cerah bagi perkembangan obat kanker di Indonesia.
Kontributor: Tim PKM Farmasi UGM