Keterbatasan fisik bukan jadi halangan untuk berkreasi. Meski memiliki penglihatan kurang sempurna, pelajar tuna netra juga memiliki bakat di sisi lain. Bakat tersebut dapat berupa seni, budaya maupun keterampilan yang lain. Kemampuan ini pun dapat mereka tuangkan dalam sejumlah ajang, lomba keterampilan dan seni yang ada.
Keunggulan itulah coba ditunjukkan oleh sejumlah pelajar SMP Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam (Yaketunis) Yogyakarta. Mereka mengikuti kegiatan Lomba Kesenian dan Ketrampilan yang diadakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Farmasi UGM di SMP Yaketunis, Minggu (9/10).
Para siswa tampak bersemangat mengikuti sejumlah ajang perlombaan. Sikap antusias itu misalnya ditunjukkan oleh Mukhlisin, yang memiliki bakat seni berupa menulis dan membaca puisi. Dalam kesempatan tersebut, siswa 18 tahun ini membacakan puisi karyanya yang berjudul Kampung Halamanku.
Di hadapan para dewan juri, Mukhlisin mencoba menyuarakan suara hatinya tentang kondisi kampung halamannya di Godean, Sleman, DIY. Ia menilai, saat ini fidak ada lagi hamparan sawah yang ia temui semasa kecil. “Sekarang sudah berganti dengan perumahan dan pertokoan, saya prihatin dengan kondisi ini,” katanya kepada Tribun Jogja.
Mukhlisin membutuhkan waktu 10 menit untuk membuat karya tersebut. Ia pun baru membuatnya pada Minggu pagi. Melalui puisi yang ia bacakan dengan penuh penghayatan tersebut, ia berujar ingin menyampaikan sebuah pesan sosial pada pemerintah. Ia berharap, kondisi serta pemandangan alam yang dimiliki suatu desa dapat tetap terjaga kelestariannya.
“Alhamdulillah, akhirnya saya bisa mencurahkan perasaan melalui puisi ini,” lanjut Mukhlisin. Di sudut lain sekolah, tampak sejumlah siswa-siswi yang mengikuti lomba memasak. Ardina, siswi Yaketunis salah satunya, juga berkesempatan untuk membuat sebuah puding yang dilombakan dalam kegiatan tersebut.
Meski mengaku baru kali pertama membuat puding, namun ia yakin dapat menghasilkan kreasi puding yang istimewa. la pun bersyukur karena dapat menuangkan keinginannya untuk membuat sebuah kreasi puding.
“Paling susah ya cuma mengira-ngira ukuran gula dan serbuk pudingnya, tapi semoga saja pas” kata siswi asal Wonogiri itu.
Febriana selaku Penanggungjawab acara menuturkan, kegiatan tersebut sengaja untuk mewadahi kreasi para siswa tuna netra. Ia menilai, meski para pelajar ini memiliki kekurangan, mereka memiliki bakat dan keterampilan yang tak kalah dibanding pelajar normal.
“Terbukti mereka juga bisa menyanyi, baca puisi, tartil Alquran dan memasak yang kami adakan,” kata mahasiswi Fakultas Farmasi UGM ini.
Sumber : Tribun Jogja 10 Oktober 2011