“Seandainya saya tidak bertemu dengan kelompok pegawai yang gemar main musik, mungkin saya tidak akan bertahan sejauh ini” kata Kukuh.
Farmasi UGM – Berasal dari keluarga sederhana, kini Drs. Kukuh S. Achmad, M.Sc., Apt. berhasil menduduki jabatan sebagai Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan juga Sekretaris Jenderal, Komite Akreditasi Nasional (KAN). Setelah menyelesaikan program apoteker pada tahun 1989, Kukuh berangkat ke Jakarta dan bekerja sebagai pegawai honorer di Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (BBPMHP), Ditjen Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta. Cita-citanya saat itu sederhana, ingin bekerja di Jakarta. Siapa sangka, ini merupakan langkah awalnya dalam membangun jejaring di pemerintahan.
Tidak dipungkiri, bekerja di pemerintahan dengan gaji yang pas-pasan adalah alasan yang tepat untuk keluar dan mencari pekerjaan lain. Namun, pertemuannya dengan pegawai-pegawai yang memiliki hobi sama, yaitu main musik, membuatnya mengurungkan hal tersebut dan semangat untuk tetap bertahan. Dua tahun bekerja di instansi tersebut, Kukuh mendapat kesempatan untuk merantau ke Inggris, melanjutkan studi ke jenjang master di bidang teknologi pangan di negara berjulukan “The Black Country” tersebut.
Sepulangnya pada tahun 1994, ia dipercaya untuk menjadi perwakilan Departemen Pertanian sebagai anggota tim lintas departemen di Dewan Standardisasi Nasional (DSN). Dengan bergabungnya di DSN, Kukuh terlibat dalam berbagai persiapan pembentukan lembaga baru yang kelak bertugas mengurusi standar dan akreditasi. Hingga akhirnya, melalui Keputusan Presiden No.13 tahun 1997 terbentuklah BSN dan KAN yang memiliki tugas untuk memberikan akreditasi laboratorium, serta sebagai lembaga inspeksi dan sertifikasi di Indonesia. Saat ini, keberadaan BSN dan KAN dianggap sangat penting karena segala kebijakan yang mereka keluarkan akan berdampak langsung pada kualitas lembaga-lembaga pengujian yang ada di Indonesia.
Menduduki salah satu posisi penting di Republik ini, tidak menjadikan Kukuh melupakan masa lalunya. “Salah satu episode yang sangat berkesan adalah menjadi bagian dari delapan puluh mahasiswa angkatan 1983 Farmasi UGM,” ungkapnya. Berasal dari keluarga sederhana, membuat Kukuh paham betul mengenai manajemen diri. Terlebih, saat itu orang tuanya yang berprofesi sebagai guru sekolah dasar harus membiayai kuliah 7 orang anak.
Sebagai seorang mahasiswa yang saat itu gemar berkegiatan sosial, Kukuh memang berusaha untuk tetap menjaga fokusnya pada bidang akademik. Hal-hal tersebutlah yang selalu dipegang oleh Kukuh. “Keberhasilan atau kesuksesan seseorang ketika sudah terjun di dunia kerja tidak hanya ditentukan oleh kesuksesan akademis kita selama kuliah, tetapi kepekaan kita terhadap lingkungan strategis juga ikut berperan,” imbuhnya.
Kepada mahasiswa Farmasi saat ini, Kukuh berpesan untuk menyeimbangkan antara aktivitas akademik dan non-akademik. Ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh mahasiswa, antara lain kejujuran, kepekaan, komunikasi, leadership dan disiplin. “Karakter komplit seperti itu memang tidak mudah dicapai, namun dapat menjadi prioritas untuk mengembangkan diri mahasiswa, karena dapat mempengaruhi episode perjalanan hidup selanjutnya, percayalah!” ucapnya mengakhiri sesi wawancara. (Yeny P/ Humas FA)
Lugas, Padat, penuh makna..dan Memotivasi
Top lah kancaku, din ditambahi pernah sekolah di smp 2 purbalingga dan sma negeri purbalingga , sekali lagi selamat ya din…
Alhamdulillah pak Kukuh menjadi orang sukses, dan semoga terus membuat produk2 Indonesia berstandar nasional maupun internasional, saya bangga menjadi bagian dari orang2 yg sehobby dengannya dan yang membuat dia mau bertahan di dirjen perikanan pada awal karirnya, yg ikut bernyanyi maupun ikut menguji di lab kimia bersama beliau. Selamat pak.Kukuh sukses selalu…