Farmasi UGM – Fakultas Farmasi UGM undang Deputi bidang pengawasan obat tradisional, suplemen kesehatan dan kosmetik BPOM RI, Dra. Apt. Mayagustina Andarini, M.Sc., pada opening remark webinar bertajuk Basic Philosophy of Drug Discovery and Development. Acara yang terselanggara pada 20 Juli 2020 tersebut turut menghadirkan pula para peneliti Fakultas Farmasi UGM untuk menjadi pemateri, seperti Prof. Drs. apt. Sugiyanto, SU, PhD., serta Dr. apt. Arief Nurrochmad, M.Si., M.Sc., dan Dr. apt. Nunung Yuniarti, M.Si.
Sebagaimana tema yang diangkat dalam judul webinar kali ini, dalam opening remark Mayagustina juga mengingatkan bahwa obat tidak hanya dari bahan sintesis saja, namun juga bahan alam. Terlebih, mengingat Indonesia yang memiliki sumber bahan bagi obat-obatan herbal yang sangat kaya. Hal ini sangat menguntungkan bagi Indonesia karena keterseiaan obat kelak tidak hanya bergantung pada obat-obatan sintetik yang bahannya lebih terbatas. BPOM sendiri memiliki peran yang cukup krusial dalam pengawalan penggunaan obat-obatan di Indonesia. Beberapa diantaranya yaitu, evaluasi data efikasi, penyediaan informasi produk untuk tenaga kesehatan dan masyarakat, pemantauan efek samping obat, hingga membangun kerja sama penta helix. Mayagustina juga menegaskan bahwa farmakologi, toksikologi, dan drug discovery tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sehingga dalam proses penemuan dan pengembangan obat baru sudah tentu harus memperhatikan step by step dari cara pembuatan obatan yang baik dan benar.
Sugiyanto juga mengamini hal tersebut. Dalam proses penemuan calon obat, ada baiknya para peneliti tidak melewatkan tahap-tahap penting, seperti menetapkan tujuan dari apa yang ingin ditemukan nanti, serta manfaat apa yang akan didapat oleh pasien jika obat tersebut telah didapatkan formulasinya. “Tidak semua obat yang bahkan sudah diidentifikasikan senyawa penuntunya, profile, juga compound nya dapat di dikembangkan dengan sukses”, kata Sugiyanto.
Di Indonesia sendiri, rata-rata drug discovery merupakan hasil dari penelitian yang kemudian dikembangkan. Dalam prosesnya nanti, peran toksikologi sangat penting untuk melihat pengaruh formula obat tersebut bagi organisme hidup. “Dari hasil pengamatan toksikologi ini nantinya akan digunakan untuk membuat desain obat”, terang Arief Nurrochmad.
Selama hampir dua jam, peserta webinar disuguhkan materi-materi menarik serta kesempatan untuk berinteraksi langsung dalam tanya jawab perihal drug discovery dengan dimoderatori oleh Drh. Retno Murwanti, MP, PhD. Di sesi terakhir, Nunung Yuniarti turut pula menyampaikan tentang Pharmacological Approach to Establish the Efficacy and Mechanism of New Drugs. (Humas FA/ Yeny)