Farmasi UGM – Dalam rangka mendukung pelaksanaan Riset Bank Indonesia Institute (BINS) tahun 2025, Fakultas Farmasi UGM menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dan visitasi bersama Bank Indonesia Institute pada Selasa, 29 April 2025, bertempat di Ruang Sidang Pimpinan Lantai 7 Gedung APSLC, Fakultas Farmasi UGM.
Kegiatan ini menjadi momen penting untuk membahas arah riset dan inovasi Indonesia, khususnya dalam sektor farmasi dan ilmu kesehatan, ditengah tantangan digitalisasi dan bonus demografi yang belum sepenuhnya dimanfaatkan secara produktif. Dalam diskusi tersebut terungkap bahwa meski Indonesia tengah memasuki era digital, sebagian besar masyarakat masih menjadi konsumen teknologi, bukan sebagai produsen. Sebagian besar jasa digital masih diimpor, dan kemampuan menghasilkan inovasi domestik masih menghadapi berbagai hambatan, mulai dari ekosistem riset, kesiapan industri, hingga regulasi.
Fakultas Farmasi UGM, sebagai salah satu institusi pendidikan dan riset di bidang kesehatan dan obat-obatan, memiliki roadmap penelitian yang diarahkan pada hilirisasi hasil riset dan peningkatan layanan kesehatan masyarakat. Sejumlah riset telah sampai pada tahap prototipe dan bahkan telah memiliki hak cipta, seperti pengembangan obat sintetis, produk herbal dan studi farmakoekonomi. Namun, proses komersialisasi masih terkendala, terutama oleh regulasi yang kompleks dan belum siapnya produksi skala massal di industri.
“Pengajuan obat baru ke BPOM masih menghadapi tantangan besar, terutama jika senyawanya belum dikenal secara internasional. Salah satu contohnya ada beberapa senyawa yang belum masuk dalam daftar pengakuan BPOM, padahal secara potensi melalui hasil penelitian, boleh jadi sangat menjanjikan,” ujar Prof. Dr.rer.nat. apt. Nanang Fakhrudin, M.Si. selaku Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama, dan Alumni.
Dalam hal pendidikan, Fakultas Farmasi UGM menyiapkan mahasiswanya, terutama pascasarjana, untuk terlibat aktif dalam penelitian yang mengarah ke hilirisasi. Keterlibatan mahasiswa dalam proyek jangka panjang, seperti penelitian terkait pengembangan zat aktif parasetamol sebagai bahan baku obat produksi dalam negeri , menjadi contoh nyata integrasi kurikulum dengan kebutuhan industri dan riset nasional.
FGD ini juga menyoroti pentingnya menciptakan ekosistem inovasi yang lebih terintegrasi, yaitu industri tidak hanya berperan di hulu dan hilir, tetapi juga mendukung fase transisi riset ke skala produksi. Fakultas Farmasi UGM saat ini memiliki roadmap riset yang diarahkan ke hilirisasi dan pelayanan kesehatan, selaras dengan agenda Sustainable Development Goals (SDGs) poin 3 (Kesehatan) dan 9 (Inovasi dan Infrastruktur). Dengan diadakannya FGD ini, Fakultas Farmasi UGM berkomitmen untuk terus menjadi institusi penghasil sumber daya manusia yang unggul, inovatif, dan profesional. (Kiki/HumasFA)