Farmasi UGM. Sejak terjadinya wabah COVID-19, di mana reseptor ACE 2 (Angiotensin Converting Enzyme 2) merupakan pintu masuk COVID-19, muncul ketakutan para pasien hipertensi yang sudah terkontrol dengan terapi obat anti hipertensi golongan ACE inhibitor (ACEI) atau Angiotensin 2 Receptor Blocker (ARB). Pertanyaan yang selalu dilontarkan adalah : Apakah pasien hipertensi yang sudah terkontrol dengan pemberian obat anti hipertensi golongan ACEI (contohnya kaptopril, ramipril, lisinopril, enalapril) atau golongan ARB (valsartan, kandesartan, irbesartan, losartan, telmisartan) harus berhenti minum obat-obat tersebut?
Setidaknya ada 3 institusi luar negeri yaitu European Society of Cardiology (ESC), American College of Cardiology (ACC) dan Canadian Cardiovascular Society (CCS) mempublikasikan panduan pengobatan terbaru untuk pasie-pasien hipertensi terkait dengan wabah COVID-19. Hal ini juga diadopsi oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI) yang direlease pada 26 Maret 2020. Kesemua institusi ini menyatakan bahwa pada manusia belum ditemukan adanya kaitan antara penggunaan ACEI atau ARB terhadap meningkatnya keparahan yang terjadi pada pasien COVID-19. Maka institusi-institusi ini memiliki pendapat yang sama yaitu :
- Pasien-pasien COVID-19 yang sebelumnya adalah penderita hipertensi dan sudah terkontrol dengan pemberian obat ACEI atau ARB maka konsumsi obat-obat tersebut tetap diteruskan sepanjang berada dalam pantauan dokter.
- Pasien-pasien hipertensi yang sudah terkontrol dengan terapi obat ACEI atau ARB, maka tidak perlu merasa takut atau khawatir akan menjadi lebih rentan terinfeksi COVID-19, sepanjang tetap menerapkan pola hidup sehat, makan gizi seimbang dan olah raga, serta lebih sering mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, serta menggunakan masker saat berada di luar rumah/kerumunan orang.
Selama ini bersliweran pendapat yang bermacam-macam terkait adanya kemungkinan keparahan yang terjadi jika seseorang mengkonsumsi ACEI atau ARB mengingat jalur mekanisme aksi kedua golongan obat ini dikaitkan dengan reseptor ACE 2 sebagai tempat menempelnya COVID-19 menginfeksi manusia. Sebagaimana diketahui reseptor ACE 2 terdapat di banyak tempat yaitu mukosa mulut dan hidung, nasofaring, paru-paru, lambung, usus halus, usus besar, limfe, timus, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal dan otak. Namun yang terbanyak terdapat pada paru-paru dan usus halus. Protein atau reseptor ACE 2 sesungguhnya tidak hanya menjadi pintu masuk COVID-19 saja, tetapi juga virus HCoV-NL63 dan SARS-CoV. Terdapat beberapa penelitian pada mencit yang menunjukkan bahwa peningkatan jumlah ACE2 akan memperparah infeksi yang diakibatkan oleh virus corona. Di lain pihak, terdapat penelitian lain yang juga dilakukan pada mencit menunjukkan adanya interaksi tonjolan protein pada virus corona akan menurunkan jumlah ACE2 yang akan mengakibatkan cedera pada paru-paru. Dengan kata lain peningkatan jumlah ACE2 memiliki sifat sebagai proteksi bagi cedera paru-paru akibat infeksi virus karena peningkatan ACE2 akan meningkatkan jumlah mediator angiotensin vasodilator 1-7.
Sebuah sistematik review (2012) yang menganalisis 39 penelitian menggunakan ACEI atau ARB menemukan bahwa penggunaan ACEI atau ARB pada pasien akan menurunkan resiko terjadinya pneumonia dan stroke secara bermakna. Dalam hal proteksi terhadap pneumonia, diduga pengunaan ACEI atau ARB akan meningkatkan jumlah angiotensin 1-7 yang bersifat pelindung paru-paru. Sejak tahun 2013 tim peneliti Josef Penninger melakukan penelitian pemberian human recombinant ACE2 (rhACE2; APN01, GSK2586881) untuk terapi Acute Respiratory Distress Syndrom (ARDS). Terbukti bahwa pemberian human recombinant ACE2 tersebut mampu menurunkan kadar IL-6 secara bermakna. Saat ini sedang dilakukan penelitian klinik pemberian human recombinant ACE2 untuk terapi COVID-19 dengan harapan akan menyembuhkan infeksi COVID-19 karena peradangan yang terjadi di paru-paru dapat disembuhkan dengan menurunnya kadar IL-6.
Rekomendasi. Mempertimbangkan hal ini maka penggunaan obat anti hipertensi golongan ACEI atau ARB tetap diteruskan pada pasien hipertensi tanpa ada kekhawatiran akan menyebabkan pasien hipertensi cenderung rentan terjadi infeksi COVID-19.
Penulis :
apt. Ika Puspitasari, M.Si.,Ph.D.
(Ketua Program Studi Profesi Apoteker Farmasi UGM)
Sumber Foto Utama :
Hallosehat.com
Pustaka :
Caldeira D, Alarcão J, Vaz-Carneiro A, Costa J (July 2012). “Risk of pneumonia associated with use of angiotensin converting enzyme inhibitors and angiotensin receptor blockers: systematic review and meta-analysis”. BMJ. 345 (jul11 1): e4260. doi:10.1136/bmj.e4260
Diaz JH (March 2020). “Hypothesis: angiotensin-converting enzyme inhibitors and angiotensin receptor blockers may increase the risk of severe COVID-19”. Journal of TravelMedicine. doi:10.1093/jtm/taaa041
Hamming I, Timens W, Bulthuis ML, Lely AT, Navis G, van Goor H (Jun 2004). “Tissue distribution of ACE2 protein, the functional receptor for SARS coronavirus. A fisrt step in understanding SARS pathogenesis”. J. Pathol. 203(2):631-637.
Imai Y, Kuba K, Penninger JM (May 2008). “The discovery of angiotensin-converting enzyme 2 and its role in acute lung injury in mice”. Experimental Physiology. 93 (5): 543–8. doi:10.1113/expphysiol.2007.040048
Jia H (September 2016). “Pulmonary Angiotensin-Converting Enzyme 2 (ACE2) and Inflammatory Lung Disease”. Shock. Augusta, Ga. 46 (3): 239–48. doi:10.1097/SHK.0000000000000633
Kuster GM, Pfister O, Burkard T, Zhou Q, Twerenbold R, Haaf P, et al. (March 2020). “SARS-CoV2:should inhibitors of the renin-angiotensin system be withdrawn in patients with COVID-19?”. European Heart Journal, ehaa235, https://doi.org/10.1093/eurheartj/ehaa235
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (26 Maret 2020). “Rekomendasi RAAS antagonis pada COVID-19”. http://www.inaheart.org/news_and_events/news/2020/3/26/rekomendasi_raas_antagonis_pada_covid-19.
Zhang H, Penninger JM, Li Y, Zhong N, Slutsky AS. Angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) as a SARS-CoV-2 receptor: molecular mechanisms and potential therapeutic target. Intensive Care Med 2020. Epub ahead of print.