Farmasi UGM – Selasa (20/05), dalam rangka memperingati Hari Jamu Nasional, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) berkolaborasi dengan Himpunan Apoteker Seminat Obat Tradisional (HIMASTRA) menyelenggarakan kuliah umum bertajuk “Tantangan dan Solusi dalam Menjamin Bahan Baku Berkualitas Tinggi untuk Pengembangan Jamu”. Kegiatan ini menjadi wadah diskusi sekaligus refleksi terhadap pentingnya penguatan kualitas bahan baku sebagai fondasi utama dalam pengembangan dan produksi jamu yang berdaya saing di pasar nasional dan internasional.
Kuliah tamu ini menghadirkan Prof. Dr.rer.nat. Michael Heinrich, yang merupakan Guru Besar di bidang Etnofarmakologi dan Farmakognosi dari University College London yang membawakan materi berjudul “Quality Meets Sustainability: What do we Need to do as a Consequence of the Globalization of Herbal Medicines/Botanicals”, dan Dr.rer.nat. apt. Yosi Bayu Murti, M.Si., dosen dari Departemen Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi UGM, dengan presentasi berjudul “Peluang dan Tantangan Transformasi Jamu menjadi Obat Bahan Alam Modern”. Kuliah umum ini diikuti secara daring melalui Zoom Meeting oleh ratusan peserta, mulai dari mahasiswa, akademisi dan peneliti, pelaku industri herbal dan fitofarmaka, pengusaha dan petani tanaman obat, serta lembaga penelitian (BRIN).
Mewakili Dekan Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr.rer.nat. apt. Nanang Fakhrudin, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama, dan Alumni, dalam sambutannya menyampaikan bahwa pengembangan jamu tidak bisa dilepaskan dari keberlanjutan rantai pasok dan mutu bahan baku. “Bahan baku jamu yang berkualitas adalah titik awal dari keamanan, kemanjuran, dan keberlanjutan produk jamu. Ini tidak hanya soal teknologi, tetapi juga tentang kemitraan petani, standardisasi, dan regulasi yang berpihak pada mutu,” ujar beliau.
Ketua HIMASTRA, apt. Agus Santosa, S.Farm., menambahkan bahwa jamu sebagai warisan budaya bangsa perlu terus dikembangkan secara ilmiah agar mampu bersaing ditingkat global. “Penguatan dari sisi bahan baku adalah fondasi penting bagi masa depan industri jamu nasional,” tegasnya.
Kuliah umum ini juga menekankan perlunya kolaborasi lintas sektor antara akademisi, pemerintah, industri, dan komunitas untuk membangun ekosistem riset dan produksi jamu yang lebih kuat. Dengan pendekatan berbasis ilmu pengetahuan dan budaya, jamu diharapkan bisa terus berkembang sebagai produk kesehatan unggulan nasional.
Kegiatan kuliah umum ini sejalan dengan pencapaian beberapa poin dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera), SDG 4 (Pendidikan Berkualitas), SDG 9 (Industri, Inovasi dan Infrastruktur), SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), dan SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan), dengan mendorong penggunaan jamu yang aman, edukasi publik, inovasi dan praktik budidaya bertanggung jawab, serta kolaborasi lintas sektor. (Rara/HumasFA)