Farmasi UGM – Gingseng merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki banyak manfaat, antara lain untuk mengatasi diabetes, infeksi saluran pernafasan, dan meningkatkan daya tahan tubuh, serta masih banyak lagi. Tumbuhan dengan nama latin Panax ini sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu dan menjadi salah satu ramuan terpopuler untuk pengobatan di Asia Timur, khususnya China dan Korea.
Seiring berkembangnya waktu, manfaat gingseng untuk kesehatan telah dikenal luas diberbagai belahan dunia. Saat ini, produk berbahan dasar gingseng semakin diminati di berbagai negara. Hasil olahan gingseng sendiri dapat dijumpai dalam bentuk tablet, kapsul, minuman kesehatan, dan bubuk sebagai bahan campuran makanan ataupun minuman. Selain banyak manfaat, gingseng cukup aman dikonsumsi.
Dilihat dari fenomena tersebut, pengembangan olahan gingseng masih terbuka luas. Hal ini lah yang mendasari Izzaturrohmah Kusuma Astuti, Ave Rahman, dan Severinus Nugraha Krisma Sandy mengangkat gingseng gummy sebagai ide yang dibawa di kompetisi Industrial Case, Asia Pasific Pharmaceutical Symposium (APPS) tahun periode tahun 2018. Idenya adalah produk suplmen gingseng yang digemari anak-anak. “Anak-anak kan cenderung suka dengan permen dan karakter yang lucu-lucu”, ungkap Ave.
Sebelumnya pun, baik Ave, Izza, dan Sandy telah melakukan studi literatur mengenai jenis olahan tersebut. Hasilnya, belum terdapat gingseng yang diolah menjadi gummy. Keunikan bentuk sediaan inilah yang menjadi salah satu kelebihan tim Farmasi UGM sehingga dapat memenangkan Industrial Case APPS 2018 sebagai Juara 1. Selain itu, tim Farmasi UGM juga unggul pada komponen penilaian lainnya, yaitu performa dalam presentasi dan penjelasan mengenai proses ekstrasi, validasi , uji klinik, pre-klinik, produksi, serta formulasi yang cukup detail.
Melalui produk yang diberi nama GG Candy ini, tim Farmasi UGM berhasil melewati babak penyisihan dan terbang ke Jepang untuk mengikuti babak final sebagai lima besar. Uniknya, tahun ini, kelima tim yang terpilih hingga babak final Industrial Case APPS hanya dari Indonesia saja.
Ditanya mengenai pemilihan fokus tema dalam kompetisi tersebut, ketiganya mengatakan bahwa itu dipilihkan secara acak oleh panitia. “Kami tidak dapat memilih sendiri tema, semuanya sudah ditentukan oleh panitia,” kata Izza. Disinilah tantangannya, brainstorming dan memperbanyak studi literatur sangat diperlukan untuk menciptakan ide yang kreatif semenarik mungkin. Tidak tanggung-tanggung, bahkan mereka juga mengimplementasi kolaborasi interdisiplin untuk menghasilkan desain produksi yang komprehensif. (Humas FA/ Yeny P)