Pada 6 September 2017 lalu, tiga mahasiswa Fakultas Farmasi UGM berangkat ke Universitas Muslim Indonesia di Makassar, Sulawesi Selatan untuk mengikuti lomba debat dalam rangka Pekan Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia (PIMFI). Dalam kesempatan kali ini, tim debat Farmasi UGM berhasil mendapatkan medali emas. Lalu bagaimana kisah mereka hingga akhirnya berhasil memenangkan ajang ini? Berikut, tim humas Fakultas Farmasi UGM akan membagikan liputan khusus seputar kemenangan tim debat Farmasi UGM di ajang PIMFI.
Pekan Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia atau yang biasa dikenal dengan PIMFI merupakan salah satu kegiatan dari Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Indonesia (ISMAFARSI) yang diadakan setiap dua tahun sekali. Tahun ini, Universitas Muslim Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah PIMFI 2017. Ada delapan cabang kejuaraan, diantaranya Clinical Skill Event, Debat, Lomba Herbarium, Patient Counseling Event, Poster, Mahasiswa Berprestasi, Lomba Produk, dan Ranking 1. Sedang UGM sendiri hanya mengirimkan delegasi di cabang lomba debat yang bertemakan tentang Eksplorasi Kearifan Lokal di Sulawesi Selatan dan Sumber Daya Alam untuk Mencapai Ketahanan Obat Nasional.
Melalui cabang lomba debat PIMFI, Fakultas Farmasi UGM mengirimkan satu tim yang terdiri dari tiga mahasiswa, yaitu Muhammad Bagaskara Reza, Baiq Risma Fatmayanti, dan Wahyu Adiningsih. Mereka tergabung dalam komunitas Pharmatalk yang dibimbing oleh M. Rifqi Rokhman, M.Sc., Apt. Ketika diwawancarai, mereka bercerita bagaimana sulitnya menembus babak penyisihan 16 besar untuk kemudian berangkat ke Makassar mengikuti tahapan selanjutnya. Selain karena jumlah saingannya ada ratusan, UGM memang belum pernah menang debat di PIMFI. “Kami jadi nervous banget. Gak nyangka juga kami malah dapet peringkat tiga di babak itu” ungkap Risma.
Menurut Bagas, Risma, dan Wahyu, lomba debat PIMFI berbeda dengan lomba debat yang sering mereka ikuti. “Lomba debat yang satu ini lebih sulit dibanding lomba debat yang lain” ujar Bagas. Mulai dari peraturan perlombaan, juri, hingga lawan di ajang ini memiliki tantangan tersendiri. Jika pada lomba debat lainnya peserta diperbolehkan membawa gadget maupun kertas berisikan materi debat, sedang di PIMFI peserta dilarang membawa apapun di arena perlombaan. Tidak hanya itu, jumlah mosi yang diberikan sedikit lebih banyak dibanding lomba debat lainnya yang hanya delapan sampai sepuluh mosi. Pada debat PIMFI, peserta wajib menguasai 14 mosi yang diberikan empat hari sebelum hari “H”. Tentu ini menjadi tekanan tersendiri bagi Bagas dan kawan-kawan. “Padahal di lomba debat lainnya, kami biasa dikasih waktu paling tidak enam hari untuk pendalaman materi.” cerita Bagas dilanjut dengan anggukan mantap dari Risma. Latar belakang para juri yang dilibatkan dalam penjurian lomba debat kali ini juga cukup unik. Tidak hanya para akademisi ataupun praktisi farmasi saja yang diundang, namun juga para doktor bidang hukum dan bahasa turut terlibat dalam penilaian lomba debat PIMFI. Untungnya, tim UGM tidak kemudian merasa “ciut” nyalinya. Hal ini justru memacu semangat Bagas dan kawan-kawan untuk menampilkan performa terbaik.
Ketiga mahasiswa Farmasi tersebut menuturkan bahwa kemenangan ini tidak terlepas dari kontribusi para dosen dan senior yang tergabung dalam Pharmatalk. “Kami banyak dikasih masukan sama senior-senior. Bahkan Pak Rifqi juga selalu terbuka untuk diskusi kalau ada materi-materi yang kurang kami pahami.” Ungkap Risma. Ditanya soal resep kemenangan di lomba debat PIMFI, Bagas menjelaskan bahwa UGM punya ciri khas sendiri ketika berdebat. “Kata juri, kita punya cara sendiri untuk membawa dan mengarahkan alur debat.” ungkap Bagas. Bukan hanya itu saja, kemampuan dalam menjabarkan data ter-update merupakan nilai tambah bagi tim UGM. Kuncinya, ada empat hal yang harus diperhatikan yaitu, research materi,analisis data, brainstorming, dan aksi. Ketika beraksi, perlu diingat untuk tetap memperhatikan cara penyampaian yang meyakinkan, dan tahu kapan harus memberi tekanan pada diksi-diksi tertentu.
Di akhir wawancara mereka berpesan agar di tahun-tahun berikutnya, delegasi dari Farmasi UGM dapat lebih baik lagi.“Tidak hanya bawa pulang emas saja, tapi kalau bisa bawa pulang predikat Juara Umum.” tutup Risma. (Yeny/ Humas FA)