Farmasi UGM – Rangkaian Pharmacious 2020 ditutup dengan webinar dalam bentuk talkshow bertema “Langkah-Langkah Strategis Pelayanan Kefarmasian yang Efektif Dalam Mendukung Pencegahan dan Penanggulangan Pandemi”. Talkshow tersebut telah diselenggarakan pada hari Minggu, 15 November 2020. Talkshow ini dibawakan oleh MC Angela Judhi Arkandhi, Mahasiswa Berprestasi Fakultas Farmasi UGM 2019 dan dimoderatori oleh apt. Ika Puspitasari, M.Si., Ph.D. yang akrab disapa Bu Ika, salah satu dosen Fakultas Farmasi UGM. Acara dibuka dengan doa sekaligus sambutan dari apt. Prof. Dr.rer.nat. Triana Hertiani, M.Si. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan. Beliau menyampaikan apresiasi kepada seluruh kepanitiaan Pharmacious 2020 yang sudah berinovasi dalam menyusun acara dan telah melatih soft skill sebagai mahasiswa walaupun terdapat halangan pandemi Covid-19. “Soft skill tersebut dapat menjadi bekal ketika menempuh pendidikan profesi apoteker nantinya”, tambah Triana Hertiani.
Sesi pertama, talkshow dibuka oleh Kepala Instalasi Farmasi RSUP Dr. Sardjito, yaitu apt. Asri Riswiyanti. S.F., M.Sc. Beliau menempuh pendidikan sarjana (S1), profesi apoteker, hingga magister (S2) di Fakultas Farmasi UGM. Bu Asri bercerita mengenai keadaan rumah sakit yang penuh dengan kepanikan pada bulan Maret lalu, saat masa pandemi dimulai. Standar terapi Covid-19 yang belum jelas, informasi mengenai penyakit yang masih simpang siur, serta para tenaga kesehatan yang menderita stres karena takut tertular merupakan alasan terciptanya kepanikan di rumah sakit. Seiring berjalannya waktu, satu persatu masalah dapat dipecahkan solusinya. Untuk mengurangi risiko penularan Covid-19 pada tenaga kesehatan, rumah sakit telah menerapkan protokol berupa pemberian suplemen dan vitamin, penyediaan APD (Alat Pelindung Diri) yang adekuat, pembatasan pengunjung rumah sakit, serta pemantauan proses cuci tangan agar dilakukan dengan cara dan waktu yang tepat. Terdapat beberapa dampak pandemi Covid-19 terhadap pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Dr. Sardjito, yaitu turunnya jumlah pasien dengan angka yang signifikan sehingga harus dilakukan pengendalian obat, risiko penularan Covid-19 yang sangat tinggi, terjadinya kelangkaan hand sanitizer di pasaran padahal sangat dibutuhkan di lingkungan rumah sakit, dan harus dilakukan penyesuaian pemberian obat pada pasien rawat jalan.
Selain itu, beliau juga bercerita mengenai salah satu peran farmasi di rumah sakit, yaitu sebagai tim donasi. Donasi ini dikaitkan dengan manajemen logistik, salah satunya terjadi pergeseran rencana setelah pandemi tiba, misalnya penyediaan APD dan hand sanitizer. Namun permasalahannya adalah di awal masa pandemi, ketersediaan APD sangat terbatas, tidak ada panduan terkait obat yang dibutuhkan untuk Covid-19, harga yang fluktuatif, serta administrasi pembelian yang cukup rumit. Beliau juga menyebutkan bahwa donasi di masa pandemi diterima dengan syarat sumbernya harus jelas. Jika donasi berupa obat-obatan, maka syaratnya adalah termasuk dalam Daftar Obat Esensial Nasional, terdapat spesifikasi dosis, serta terdapat ED (expired date). Namun permasalahan yang sering dialami adalah terjadi ketidaksesuaian antara donasi dengan kebutuhan, baik dari spesifikasi, jenis maupun jumlah, sehingga jika berlebih berakibat pada kesulitan dalam penyimpanan.
Setelah itu, dilanjutkan dengan talkshow sesi kedua oleh Kepala Instalasi Farmasi RS UI, Prof. Apt. Dra. Retnosari Andrajati, M.S. Beliau memulai penyampaian materinya dengan memaparkan kondisi terkini terkait pandemi Covid-19. Disebutkan bahwa terdapat tim pakar gugus tugas Covid-19 di RS UI, ternyata apoteker kurang berperan dalam hal tersebut. Setelah itu, beliau memaparkan perkembangan terbaru terkait kasus Covid-19 di Indonesia yang jumlah kasus terkonfirmasi mencapai 463.007 kasus, dengan DKI Jakarta memegang angka pasien kumulatif tertinggi, yaitu 108.116 orang. Beliau memaparkan hasil perkembangan kasus Covid-19 berdasar pada laman covid19.go.id. Beliau juga menyampaikan bahwa kebijakan pemerintah dalam menghadapi pandemi di bidang farmasi ini, terutamanya berkaitan dengan ketersediaan obat, yaitu peningkatan suplai obat serta pemerataan distribusi obat. Selain itu, pemerintah juga menyediakan bantuan dana untuk ketersediaan obat, APD, dan BMHP (Bahan Medis Habis Pakai) terkait pelayanan Covid-19, serta menyediakan bantuan berupa data penelitian terkait Covid-19. Sejauh ini pemerintah telah menerapkan berbagai kebijakan, di antaranya dengan menerapkan 3M (Masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak) dan juga menerapkan PSBB. Tentunya semua hal tersebut harus dipertanggungjawabkan.
Ibu Retno juga menyampaikan beberapa hal terkait peran farmasis dalam peningkatan pelayanan farmasi di masa pandemi, farmasis akan banyak terlibat langsung dalam beberapa hal berikut: memastikan ketersediaan APD, BMHP, obat dan vitamin yang berkualitas, melakukan edukasi kepada masyarakat, memastikan pelayanan pasien IGD, rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, memberikan pendidikan dan pemberian informasi berkelanjutan untuk tenaga kesehatan lain dan juga masyarakat, serta melakukan penelitian terkait obat-obatan. Beliau juga menghimbau agar kita semua harus sadar, bahwa farmasis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan secara langsung. Tetapi sangat disayangkan bahwa secara keseluruhan, pemerintah dan masyarakat belum melihat potensi farmasis. Maka dari itu beliau juga mengimbau agar farmasis (termasuk juga mahasiswa-mahasiswi farmasi) dapat lebih aktif untuk mempromosikan perannya sebagai bagian dari tenaga kesehatan dalam semua aspek, yaitu dalam hal pencarian dan penelitian obat dan vaksin, penyediaan APD dan BMHP untuk Covid-19, produksi dan distribusi ketersediaan obat, vaksin, dan suplemen, pelayanan farmasi di berbagai layanan kesehatan, serta promosi kesehatan dan pencegahan ke masyarakat.
Narasumber terakhir Dr. Apt. Budi Suprapti, M.Si., adalah seorang Manajer Farmasi Rumah Sakit Universitas Airlangga, Surabaya. Narasumber yang biasa disapa Bu Budi ini mengawali pemaparannya dengan sebuah pesan bahwa pandemi Covid-19 tidak hanya membawa bencana, namun juga membawa hikmah berupa pembelajaran yang sangat bermanfaat untuk masa depan, terutama dalam bidang pendidikan. Kita menjadi paham bahwa virus penyebab Covid-19 dapat berefek jika menempel pada reseptor Angiotensin II yang tersebar di dalam tubuh kita. Kita juga diingatkan bahwa daya tahan tubuh kita merupakan hal penting yang harus kita jaga, supaya dapat mengurangi risiko penularan penyakit Covid-19. Bu Budi juga bercerita mengenai situasi rumah sakit terutama instalasi kefarmasian yang penuh dengan tanda tanya ketika baru menghadapi situasi pandemi. Beberapa masalahnya terdiri atas ketidakjelasan patofisiologi Covid-19 yang berakibat pada tidak tersedianya obat spesifik maupun pencegahannya, terjadi kelangkaan APD, terdapat donasi APD berlimpah tapi tidak sesuai standar, serta timbulnya berbagai masalah dalam bidang manajemen farmasi. Demi terciptanya solusi-solusi yang memadai, Bu Budi menegaskan bahwa diperlukan adanya komunikasi yang baik secara kontinu antar tenaga kesehatan. Beliau juga berkata bahwa edukasi mengenai segala hal terkait penyakit Covid-19 kepada staf rumah sakit sangatlah diperlukan supaya tidak termakan informasi yang belum jelas kebenarannya.
Talkshow Pharmacious 2020 ditutup dengan sesi tanya jawab, salah satu pertanyaan diajukan oleh Putu Ayu, mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Udayana. Putu bertanya mengenai apa saja yang berpengaruh terhadap penanganan pasien Covid-19 di Indonesia yang masih belum maksimal daripada di negara lain. Menanggapi pertanyaan tersebut, narasumber ketiga, Dr. Apt. Budi Suprapti, M.Si., sedikit mengoreksi bahwa sebenarnya standar terapi pasien Covid-19 di Indonesia sudah setara dengan standar yang diterapkan secara global. Namun, beliau menjelaskan bahwa pemahaman mengenai penyakit Covid-19 oleh masyarakat Indonesia yang masih kurang. Penularan Covid-19 sangat bergantung pada kekebalan tubuh dan sikap seseorang dalam menanggapi adanya infeksi, sehingga setiap orang harus waspada terhadap tubuhnya masing-masing. Untuk itu, seluruh mahasiswa terutama dari jurusan farmasi sebaiknya ikut ambil bagian dalam meningkatkan pemahaman sekaligus kewaspadaan masyarakat Indonesia terhadap penyakit Covid-19, agar pasien positif semakin berkurang dan negara Indonesia bisa pulih dari pandemi. (Rahma Inaya Shaleha, Regina Gita Primadani, Salsabiela Milenia Putri/Humas FA)