Farmasi UGM – Kamis, 26 Juli 2018, Fakultas Farmasi undang Prof. Dr. Maksum Radji, M.Biomed., Apt. untuk berikan kuliah umum bagi mahasiswa mengenai pengembangan antibiotik bagi dunia kesehatan di Ruang Kuliah 5 Unit IV, Fakultas Farmasi UGM.
Pemilihan tema tersebut dipilih karena saat ini semakin marak isu terkait resistensi antibiotik yang mewarnai dunia kesehatan. Dalam acara berjudul “New Approach of Antibiotic Development in Order to Combat Antimicrobial Resistance”, Maksum menjabarkan, bahwa hanya dalam waktu kurang dari 100 tahun sejak ditemukannya antibiotik pada sekitar tahun 1940, kini dunia dihadapkan pada masa depan yang mengkhawatirkan dimana antibiotik tidak lagi efektif untuk mengatasi beberapa tipe bakteri yang telah mengalami mutasi gen.
Resistensi diawali dengan penggunaan antibiotik yang tidak sampai habis sehingga menyebabkan bakteri tidak mati secara keseluruhan. Sedang bakteri yang masih bertahan hidup dapat menghasilkan bakteri baru yang resisten melalui tiga mekanisme, yakni transformasi, konjugasi dan transduksi. Dampak dari resistensi bakteri tersebut adalah munculnya penyakit-penyakit baru dikarenakan infeksi resistensi antibiotik.
Kondisi ini juga diperparah dengan kemampuan bakteri dalam menurunkan gen-gen yang telah bermutasi ke spesies bakteri yang lain. Upaya manusia untuk membunuh bakteri berbanding lurus dengan kemampuan bakteri tersebut dalam mengembangkan gen baru. Hal inilah yang menurut Maksum harus menjadi perhatian tenaga kesehatan di seluruh dunia untuk mengembangkan antibiotik yang tepat guna menghadapi bakteri-bakteri resisten.
Terlebih hampir satu dekade belakangan World Healt Organization (WHO) telah menyatakan darurat antibiotik. Hal ini juga berkaitan dengan belum ada lagi perusahaan yang mengembangkan antibiotik baru yang tahan terhadap bakteri. Negara-negara di Asia dan Afrika sendiri merupakan pemakai terbesar antibiotik di dunia, sehingga berpotensi besar dalam tingginya kasus antibiotik resisten. Ini juga nampak pada data WHO yang menyebutkan bahwa rekor jumlah kematian terbesar di dunia yang diakibatkan hal tersebut masih dipegang oleh Asia dan Afrika.
“Tentu hal ini juga menjadi perhatian para farmasis di dunia”, ungkap Maskum. Menurut dosen Prodi Farmasi, MIPA, Universitas Indonesia tersebut, bidang penemuan dan pengembangan obat termasuk dalam ranah ilmu farmasi, sehingga hal ini harus dikaji dan menjadi perhatian bersama. (Humas FA/ Yeny P)