Fakultas Farmasi UGM Berdayakan Perempuan Desa Prima Ngudi Makmur Melalui Pelatihan Tanaman Obat dan Simplisia

Farmasi UGM  Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menunjukkan komitmennya dalam pengabdian kepada masyarakat dengan menyelenggarakan kegiatan pelatihan bertema “Praktik Penanaman Tanaman Obat dan Pembuatan Simplisia”. Acara yang berlangsung di Joglo Hariti, kawasan wisata Candi Banyunibo, Cepit, Bokoharjo, Prambanan, Sleman ini merupakan hasil kolaborasi antara Fakultas Farmasi UGM dengan Dinas Pemberdayaan Wanita dan Perlindungan Anak DIY serta Pemerintah Kapanewon Bokoharjo. Peserta utama dalam pelatihan ini adalah kelompok perempuan penggiat Desa Prima Ngudi Makmur.

Kegiatan ini memiliki tujuan utama yang selaras erat dengan upaya global mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Secara spesifik, pelatihan ini dirancang untuk berkontribusi langsung pada SDG nomor 3, yaitu memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua pada segala usia. Hal ini diwujudkan dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perempuan desa dalam menanam dan mengolah tanaman obat seperti jahe, kunyit, dan temulawak, yang memiliki manfaat kesehatan luas.

Pelatihan ini menghadirkan dua pakar sebagai narasumber, yaitu Dr. Djoko Santosa, MSi., dan Dr. apt. Andayana Puspitasari Gani, M.Si., yang memiliki keahlian dan pengalaman luas di bidang farmasi dan fitoterapi. Dr. Djoko Santosa dalam sesinya memaparkan pentingnya penanaman tanaman obat sebagai langkah preventif menjaga kesehatan. “Jahe, kunyit, dan temulawak adalah contoh tanaman obat yang mudah ditanam, berkhasiat meningkatkan imunitas dan mencegah penyakit, serta memiliki potensi ekonomi yang dapat dikembangkan oleh masyarakat desa,” jelas Dr. Djoko. Sesi ini dilanjutkan dengan praktik langsung pemilihan bibit berkualitas, metode penanaman yang benar, hingga perawatan tanaman.

Sementara itu, Dr. apt. Andayana Puspitasari Gani memandu sesi pembuatan simplisia, yaitu proses pengeringan bahan tanaman obat. “Simplisia yang berkualitas adalah kunci untuk menghasilkan produk herbal yang aman dan efektif. Proses pencucian, pengecilan ukuran, dan pengeringan harus dilakukan dengan metode yang benar agar kandungan zat aktif dalam tanaman tetap terjaga,” ujar Dr. Andayana. Para peserta mempraktikkan langsung teknik pencucian, pemotongan, dan pengeringan jahe, kunyit, serta temulawak dengan metode yang tepat.

Kegiatan ini diharapkan memberikan dampak positif yang signifikan, baik dari aspek kesehatan maupun ekonomi. Dengan pelatihan ini, perempuan penggiat Desa Prima Ngudi Makmur diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat untuk memproduksi simplisia berkualitas, baik untuk konsumsi keluarga sendiri maupun untuk dijual sebagai produk herbal. Upaya ini secara langsung mendukung target SDGs nomor 3 yang mendorong kesehatan yang lebih baik serta pengurangan angka penyakit menular dan tidak menular di masyarakat.

Ibu Tunjung, perwakilan dari Kalurahan Bokoharjo, menyampaikan apresiasinya, “Pelatihan ini bukan hanya mendukung kesehatan, tetapi juga memberdayakan perempuan untuk menjadi agen perubahan di desanya. Dengan pengetahuan yang mereka dapatkan, diharapkan mereka dapat menciptakan kemandirian ekonomi dan meningkatkan taraf hidup.” Adapun hal tersebut relevan dengan SDG nomor 5 tercermin dari pemberdayaan langsung kepada kelompok perempuan. Keterampilan teknis dalam budidaya tanaman obat dan pembuatan simplisia, mulai dari pemilihan bibit hingga proses pasca panen menjadi produk bernilai, membuka peluang ekonomi baru.

Kegiatan ini turut mendukung SDG 11 dengan mendorong pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya tanaman obat, sehingga menciptakan lingkungan permukiman yang lebih hijau dan berkelanjutan. Selain itu, kegiatan ini juga berkontribusi pada SDG 13 melalui praktik pertanian herbal yang ramah lingkungan, mengurangi emisi karbon, dan meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap perubahan iklim.

Fakultas Farmasi UGM berharap kegiatan pengabdian masyarakat serupa dapat terus berlanjut dan menjangkau lebih banyak desa. Keterlibatan aktif masyarakat, khususnya kaum perempuan, dalam memanfaatkan sumber daya alam lokal untuk kesehatan dan ekonomi diharapkan mampu menciptakan komunitas yang lebih sehat, mandiri, dan sejahtera, sejalan dengan semangat SDGs. Dengan demikian, pelatihan ini menjadi langkah nyata dalam membangun kesadaran akan pentingnya kesehatan dan keberlanjutan sumber daya alam melalui tanaman obat.

Share this post
Type Keyword to Search