Farmasi UGM – “Anak muda sekarang harus mau belajar, dengan begitu kita akan dapat memahami perubahan-perubahan yang sedang terjadi,” kata Dra. Engko Sosialine Magdalene, M.Biomed., Apt., ketika ditanya tentang apa yang harus dilakukan anak muda sekarang dalam menghadapi tantangan Era Disrupsi. Engko yang saat ini menjabat sebagai Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah lulusan Fakultas Farmasi UGM, angkatan tahun 1980.
Sebelumnya, Engko sempat menjadi mahasiswa MIPA UGM, Jurusan Kimia selama satu tahun. Namun, karena lebih senang dengan ilmu terapan akhirnya ia memutuskan untuk mendaftar kembali di tahun keduanya sebagai mahasiswa. Pilihannya kali ini adalah Farmasi UGM. “Waktu itu saya merasa kalau Farmasi adalah passion saya,” ungkapnya. Di Farmasi, ia seperti menemukan panggilan hidupnya.
Saat ini, Engko menjabat sebagai Direktur Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Sebelumnya ia pernah menduduki posisi Direktur Bina Pelayanan Kefarmasian pada tahun 2011, Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian tahun 2012 dan Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan tahun 2013. Kecintaan dan loyalitas terhadap dunia farmasi itulah yang mengantarkannya untuk menerima beberapa penghargaan, termasuk penghargaan Satyalancana Karya Satya 20 Tahun.
Ketika ditanya apa kunci kesuksesan yang dipakainya, beliau menjawab “fokus”. Dengan fokus seseorang akan lebih terarah hidupnya. Fokus membawa seseorang untuk mengerti apa tujuan hidupnya, tujuan itu kemudian akan mempengaruhi setiap pilihan-pilihan hidup yang akan diambil. Setiap pilihan selalu memiliki konsekuensinya tersendiri. Dengan berani mengambil pilihan untuk fokus dan bertangung jawab terhadap pilihan yang dipilih adalah langkah konkrit untuk mencapai kesuksesan.
Engko mencontohkan seperti kondisi saat ini yang berbeda dengan kondisi tiga puluh tahun lalu. Dimana lapangan pekerjaan masih sangat banyak dan persaingan tidak teralu ketat seperti sekarang. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terlebih di era serba digital setiap orang berlomba-lomba untuk meningkatkan kompetensi diri agar memiliki nilai jual dan mampu bersaing sehingga memiliki pekerjaan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Menurut Dra. Engko Sosialisne, salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi diri adalah dengan manambahkan knowledge, understanding, value, dan skill. Skill yang harus dimiliki oleh mahasiswa saat ini harus disesuaikan dengan minat dan kemampuan serta fokus akan diambil. Sedangkan soft skill yang harus dimiliki antara lain adalah komunikasi yang efektif. Ketika berbicara dengan orang lain, diharapkan tidak hanya fokus pada poin pembicaraan yang tersampaikan, namun juga cara penyampaiannya, sehingga dapat diterima oleh lawan bicara dengan baik.
Beliau menambahkan, mulai dari sekarang mahasiswa harus bisa mengukur diri sendiri. Keinginan dan passion. Keinginan apa yang akan diwujudkan dan apakah keinginan itu sudah sesuai dengan passion yang mereka miliki. Diharapkan mahasiswa saat ini sudah membuat rancangan ke depan ingin fokus kemana. Karena hal ini akan berpengaruh pada hal-hal yang akan kita kerjakan saat ini. Sehingga, seharusnya mahasiswa mulai berpikir untuk mengembangkan diri dengan pengetahuan-pengetahuan baru tidak hanya di dalam kampus namun juga di luar kampus.
Menutup sesi wawancara, Engko bercerita mengenai cita-citanya yang belum terwujud. Ada 2 hal yang belum sempat ia wujudkan hingga saat ini, jadi reporter televisi dan anggota legislatif. “Tapi kalau lihat umur, saya nyerah duluan buat jadi reporter,” ungkapnya sambil tertawa. (Humas FA/ Yeny)