Sampai September 2011 Fakultas Farmasi UGM telah meluluskan 5.733 apoteker, 406 magister dan 16 doktor. Para lulusan telah menduduki posisi-posisi penting, baik di industri farmasi, rumah sakit, pemerintahan, pendidikan, apotik, maupun tempat-tempat lainnya. Waktu studi mahasiswa S1 tergolong cepat rata-rata kurang dari 4,5 tahun terpendek di UGM.
“Indeks prestasi kumulatif (IPK) rata-rata di atas 3,0 waktu tunggu lulusan untuk mendapat pekerjaan di bawah 6 bulan. Output lulusan yang dihasilkan di antaranya, persentase lama studi tepat 8 semester atau 66,68 persen,” kata Dekan Fakultas Farmasi UGM Prof Dr Marchaban DESS Apt, Sabtu (1/10) dalam peringatan Dies Natalis ke-65 Fakultas Farmasi yang berdiri 27 September 1946.
Peringatan Dies Natalis ke-65 dengan mitra SKH Kedaulatan Rakyat ini dihadiri antara lain para pimpinan fakultas dan universitas, dosen, karyawan, sekitar 600 alumni, Dirut PT BP KR dr Gun Nugroho Samawi, Komisaris Utama Drs HM Romli dan para purna karyawan. Pidato dies disampaikan Drs Djoko Sujono Apt MBA dengan judul ‘Perubahan Lanskap Industri Farmasi Global’.
Menurut Prof Marchaban, lama lulusan tunggu untuk pekerjaan pertama 1 bulan, persentase lulusan dengan IPK di atas 3,00 tercatat 60,63 persen. Selama ini tidak ada mahasiswa yang drop out, tetapi ada yang mengundurkan diri. “Pengguna lulusan sering meminta langsung daftar lulusan ke fakultas untuk direkrut atau mengadakan tes rekrutmen di fakultas,” kata Prof Marchaban.
Dalam pidato dies Djoko Sujono mengatakan, beberapa gelombang perubahan besar sedang terjadi, makin lama makin kuat. Perubahan tentu membawa peluang dan ancaman bagi industri farmasi Indonesia. Karena itu perlunya perubahan paradigma regulasi pendidikan dan praktek kefarmasian di Indonesia dan sebagai bidang usaha farmasi dikenal dengan karakteristik khas.Pada dasarnya upaya tersebut mencakup tiga aspek, yaitu memperbesar kue di dalam negeri dengan tetap mengedepankan kepentingan masyarakat pasien. Meningkatkan daya saing industri di luar dan meningkatkan daya saing intelektual. “Mengingat sifatnya regulated dan padat ilmu maka apapun perubahan yang dilakukan tidak lepas dari aspek regulasi dan pembangunan SDM keilmuan,” kata Djoko Sujono.
Sumber : Kedaulatan Rakyat 3 Oktober 2011