Fakultas Farmasi UGM meluluskan 178 apoteker baru, Sabtu (30/9), di Grha Sabha Pramana UGM. Sebanyak 160 lulusan atau 90 persen dari total apoteker yang baru dilantik tersebut lulus dengan predikat cumlaude dan 27 orang lulusan diantaranya meraih IPK 4,00. Dekan Farmasi, Prof. Dr. Agung Endro Nugroho, menyampaikan ucapan selamat pada apoteker yang baru dilantik dan mengharapkan para lulusan mampu menjalankan profesinya dengan baik di tengah masyarakat. “Anda melalui tahapan baru sebagai seorang apoteker, status sebagai alumni akan selalu melekat. Tetaplah bersinergi bersama-sama almamater,” kata Agung.
Ia mengatakan Fakultas Farmasi akan terus menyiapkan lulusan apoteker yang berkompeten dan profesional bahkan memperkuat kemampuan softskill dan penguasaan karakter kepemimpinan. “Tahun 2017 ini kami telah melakukan reorientasi kurikulum untuk memperkuat kemampuan softskill dan leadership,”katanya.
Tidak cukup sampai di situ, tambah dekan, Fakultas Farmasi juga memiliki program untuk mempercepat masa tunggu lulusan untuk mendapatkan pekerjaan. “Kita harapkan waktu tunggu mendapatkan pekerjaan bisa sesingkat mungkin,”ujarnya.
Komite Farmasi Nasional (KFN), Drs. Bambang Triworo, Apt., Sp. FRS., mengatakan para apoteker baru ini akan menambah daftar jumlah apoteker yang saat ini berjumlah kurang lebih 65 ribu orang. Pihaknya terus melakukan pengembangan kompetensi apoteker melalui uji kompetensi yang diselenggarakan secara berkelanjutan. Sebab, setiap apoteker yang menjalankan praktik kefarmasian memiliki surat ijin praktik apoteker.
Salah satu peran apoteker dalam mengantisipasi ancaman kesehatan global yakni meluasnya resistensi antimikroba pada tubuh manusia dan hewan yang bersifat multisektoral sehingga penanggulangannya pun dilakukan secara komprehensif. “Apoteker berperan meningkatkan kesadaran resistensi antimikroba. Harapannya, penggunaan antimikroba dapat dilakukan secara bijak untuk diberikan pada hewan dan manusia,” ujarnya.
Salah satu peran yang bisa dilakukan oleh apoteker adalah tidak lagi memberikan antibiotik tanpa resep dokter. “Edukasi ke masyarakat perlu dilakukan dengan baik. Evaluasi dan pengenalian antimikroba ini perlu dikuatkan,” katanya.
Ketua Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) DIY, Wimbuh Dumadi, S.Si., Apt, mengatakan apoteker merupakan salah satu tenaga kesehatan di Indonesia dan berperan dalam pengendalian beredarnya obat ilegal yang saaat ini sangat meresahkan masyakat. “Tugas dari apoteker ikut mengendalikan mutu farmasi untuk mengendalikan peredaran obat-obat ilegal,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)