Farmasi UGM – Obat merupakan bahan atau paduan bahan yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari manusia. Obat dibuat untuk meningkatkan kualitas kesehatan manusia, sehingga seharusnya memiliki manfaat yang baik. Namun, karena minimnya pengetahuan mengenai penggunaan obat yang rasional dan benar, banyak masyarakat yang kemudian terkena dampak negatif akibat penurunan mutu obat, interaksi obat yang tidak diinginkan, serta efek samping obat. Padahal, sudah sejak beberapa tahun belakangan tenaga kesehatan di Indonesia mempromosikan istilah DAGUSIBU yang merupakan akronim dari ‘Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang’.
Istilah DAGUSIBU tercipta sebagai bentuk sarana untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat dengan tepat, dan rasional. Perlu diketahui, bahwa tempat membeli obat yang tepat adalah di apotek. Sekalipun saat toko konfensional dan online menyediakan obat sehingga mempermudah masyarakat untuk mendapatkannya, namun perlu diketahui bahwa hal tersebut juga berpotensi meningkatkan penyebaran baik obat palsu maupun kadaluwarsa. Terkait hal itu, masyarakat dihimbau untuk tidak membuang obat sembarangan. Demi meminimalisir peredaran obat palsu dan kadaluawarsa, masyarakat dapat berkontribusi dengan menghancurkan pil dan tablet terlebih dahulu sebelum membuang kemasannya. Untuk obat cair sendiri, dapat dengan membuang isi kemasan terlebih dahulu.
Melihat kondisi tersebut, PIOGAMA yang merupakan lembaga pelayanan informasi obat di bawah naungan Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerjasama, dan Alumni Farmasi UGM mengadakan kegiatan Kampanye Informasi Obat (KIO) pada 13 Mei 2018 di Alun-Alun Selatan Yogyakarta. Melalui kegiatan yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali ini, diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai DAGUSIBU.
“Selama penyuluhan, kami mengingatkan kepada masyarakat untuk selalu memperhatikan instruksi penggunaan setiap obat,” kata Arly Tania Putri, ketua panitia KIO 2018. Selain memperhatikan tempat obat disimpan, instruksi penggunaan obat juga harus dicermati agar efek obat tersebut tidak berkurang. Masyarakat pun diharapkan dapat proaktif untuk berkonsultasi kepada apoteker tentang obat apa saja yang sedang dikonsumsi. Hal ini untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya efek samping jika beberapa obat dikonsumsi bersamaan.
Selain penyuluhan mengenai cara menggunakan obat, PIOGAMA juga menyediakan stand untuk cek kesehatan bagi masyarakat umum. Didampingi dua dosen Farmasi UGM, Mawardi Ihsan, M.Sc., Apt., dan Hardika Aditama, M.Sc., Apt., serta tenaga analisis kesehatan, acara tersebut berlangsung lancar dan membangkitkan antusiasme masyarakat.
Ada tiga jenis cek kesehatan yang difasilitasi oleh PIOGAMA saat itu, cek gula darah, kolestrol, dan asam urat. “Ini karena banyak masyarakat yang mengidap hipertensi, hiper kolestrol, dan diabetes,” ungkap Pradita Widyaningrum selaku koordinator mahasiswa dalam kegiatan KIO 2018. Menurutnya, acara ini tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat, namun juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa Farmasi UGM untuk melihat langsung praktek kefarmasian terutama dalam hal edukasi kepada masyarakat. (Yeny/ Humas FA)